Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Kebiasaan dan Pola Makan yang Bisa Picu Sakit Maag

KOMPAS.com - Sakit maag seringkali dikaitkan dengan kebiasaan telat makan atau pola makan yang berantakan.

Perut yang sering dibiarkan dalam keadaan kosong ini dapat memicu produksi asam lambung berlebihan yang kemudian muncul keluhan atau gejala maag, seperti perut terasa perih, mual hingga muntah.

Padahal penyebab sakit maag tidak cuma karena telat makan.

Ada sejumlah kebiasaan dan pola makan yang tanpa disadari bisa menjadi penyebab maag.

Maag merupakan serangkaian gejala akibat adanya gangguan pada sistem pencernaan.

Gejala maag biasa ditandai dengan keluhan seperti mual, perut seperti terasa panas dan terbakar, perut kembung atau terlalu banyak bersendawa.

Kondisi tersebut dapat terjadi akibat banyak faktor, tapi secara umum pola makan yang dilakukan sehari-hari adalah biang keladinya.

Melansir Gastroconsa, berikut pola makan yang dapat memicu sakit maag.

1. Kebanyakan makan karbo dan gula

Sebagian besar makanan yang mengandung karbohidrat dan gula akan meningkatkan produksi gas lambung dan memicu perut kembung.

Ketika mengonsumsi jenis makanan ini, karbohidrat atau gula akan dipecah melalui proses metabolisme di usus besar.

Proses tersebut menciptakan penumpukan gas yang terasa memenuhi perut, yang setelah itu menyebabkan kembung dan membuat penderitanya tidak nyaman.

2. Terlalu sering konsumsi gula buatan

Makanan atau minuman yang mengandung gula buatan bisa menimbulkan reaksi dan gejala perut kembung dan masalah pencernaan yang lain.

Pasalnya gula buatan ini dapat memberikan efek samping di lambung yang menyebabkan produksi gas berlebih. 

Beberapa contoh makanan atau minuman dengan kandungan gula buatan ini bisa dilihat melalui tabel informasi pada kemasan makanan, seperti kandungan xylitol, sorbitol, dan mannitol.

Dalam jangka panjang, dampak dari pemanis tambahan ini mengakibatkan gejala maag dalam tingkat sedang.

3. Konsumsi minuman bersoda

Gelembung yang menghasilkan soda pada minuman ini merupakan karbon dioksida.

Karbon dioksida ini biasanya bisa keluar dari perut dengan sendawa atau pada saat buang angin.

Tapi saat gas itu terjebak di dalam perut, efeknya bisa menimbulkan gangguan pencernaan dan perut kembung dan nyeri di lambung.

4. Kebiasaan makan berlebihan

Kebiasaan makan dalam porsi besar dapat membuat ukuran lambung meregang dan memberikan tekanan berlebih pada sfingter esofagus bagian bawah (LES).

LES adalah otot seperti katup di lambung yang fungsinya membuka atau menutup dan menjaga agar isi perut tidak naik ke atas kerongkongan.

Ketika otot ini menerima banyak tekanan, maka lama kelamaan dampaknya bisa membuat otot ini melemah dan membuat isi perut termasuk asam lambung mengiritasi saluran cerna, kemudian muncul sakit maag.

5. Langsung rebahan setelah makan

Kebiasaan rebahan atau berbaring setelah makan juga bisa melemahkan otot sfingter esofagus yang kemudian memicu maag.

Jika memang harus berbaring, lebih baik miring ke kiri sambil meninggikan bagian kepala untuk mengandalkan gaya gravitasi agar makanan yang masuk ke perut tidak mudah keluar lagi.

6. Berlebihan mengonsumsi makanan berlemak

Makanan berlemak lebih lambat dicerna dan menghabiskan waktu lebih lama di perut daripada makanan lain.

Kondisi Ini bisa membuat perut menciptakan lingkungan yang lebih asam yang dapat mengakibatkan nyeri lambung.

Lebih buruk lagi, makanan berlemak memiliki efek relaksasi pada bagian LES, sehingga membuatnya lebih mungkin membuat isi perut mudah naik ke kerongkongan dan menimbulkan sensasi heartburn.

7.  Konsumsi minuman beralkohol

Alkohol juga memicu peningkatan produksi asam lambung dan melemaskan LES, yang kemudian meningkatkan risiko gejala maag.

Dengan mengurangi asupan minuman beralkohol, secara tidak langsung dapat mengurangi risiko terkena berbagai gangguan sistem pencernaan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/01/31/171945020/7-kebiasaan-dan-pola-makan-yang-bisa-picu-sakit-maag

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com