Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Percepatan Perbaikan Gizi Jadi Fokus Penurunan Stunting

KOMPAS.com - Intervensi gizi untuk anak, ibu hamil dan menyusui, menjadi fokus untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang pada anak akibat kurang gizi kronis. Salah satu tanda dari stunting yang kasatmata ialah tubuh anak yang pendek.

Namun, risiko terbesar akibat stunting antara lain tumbuh kembang otak anak yang terhambat.

Anak yang stunting juga rentan terhadap berbagai penyakit saat dewasa, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, hingga berisiko mengalami disabilitas. Kondisi ini dapat memengaruhi produktivitas individu saat dewasa.

Stunting dapat dicegah dengan memastikan kesehatan calon ibu dan janin, serta memastikan anak mendapat asupan gizi seimbang di 1.000 hari pertama kehidupan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, penanganan stunting bahkan harus dimulai sejak ibu sebelum hamil, pada saat hamil, dan setelah melahirkan.

Sementara itu, kesehatan dan gizi bayi juga harus dipantau sampai usia 3 tahun.

"Ketika berat badan balita tidak naik harus diintervensi dengan memberi makanan tinggi protein hewani seperti telur, ikan, dan ayam," katanya.

Jenis ikan yang bergizi tinggi juga tidak selalu mahal. Ikan kembung dan ikan lele juga mengandung asam lemak omega-3 dan 6 yang tinggi. 

Keterlibatan berbagai pihak

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting, termasuk mengajak keterlibatan aktif berbagai pihak, termasuk pengusaha, lembaga swadaya masyarakat, dan perguruan tinggi.

Scaling Up Nutrition Business Network (SBN) Indonesia, bersama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia, dan beberapa perguruan tinggi, menggagas program Gerakan Anak Sehat (GAS).

Dalam program terbarunya, GAS dan Kolaborasi Inklusif Pengusaha Indonesia Atasi Stunting APINDO, melakukan program prevensi dan intervensi pangan kepada 3.600 peserta yang terdiri dari ibu hamil dan ibu menyusui, serta bayi.

Program ini dilakukan di tiga lokasi yaitu Kabupaten Bogor, Kota Serang, dan Kabupaten Purbalingga.

Dijelaskan oleh Koordinator SBN, Axton Salim, terkait pemenuhan gizi, ada tiga prioritas SBN Indonesia, yaitu intervensi dan edukasi gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan dan remaja, gizi seimbang, serta sanitasi dan higienitas.

"Prevensi dilakukan dengan memberi edukasi pada remaja, ibu hamil dan menyusui. Sedangkan upaya prevensi dengan pemberian makanan bergizi sesuai pedoman dari Kemenkes," katanya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/27/080900420/percepatan-perbaikan-gizi-jadi-fokus-penurunan-stunting

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com