Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengemis Dilarang Masuk Klenteng Petak Sembilan

Kompas.com - 11/02/2010, 12:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengurus Klenteng Cing Te Yen (Kebajikan Emas) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Klenteng Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, menetapkan kebijakan baru pada perayaan Tahun Baru Imlek 2010, yaitu pengemis dilarang memasuki pekarangan rumah ibadah tersebut.

"Semoga tahun ini para umat dapat bersembahyang dengan baik," ujar pengurus harian Klenteng Cing Te Yen, Yu Ie, Rabu (10/2/2010) kepada Kompas.com.

Tahun lalu, sekitar 8.000 pengemis membanjiri pekarangan klenteng yang dibangun pada tahun 1650 tersebut. Saking membludaknya, para pengemis meluber hingga ke gang Petak Sembilan. Umat pun banyak yang tertahan di luar klenteng karena padatnya pekarangan klenteng yang dulunya bernama Kwan Im Teng atau Paviliun Kwan Im tersebut.

Setiap Tahun Baru Imlek, para pengemis memang mendatangi klenteng tertua di Jakarta tersebut untuk meminta sedekah. Yu Ie sendiri belum dapat memastikan jumlah pengemis yang datang tahun ini. Namun demikian, pria ini memperkirakan jumlahnya melebihi tahun 2009. "Setiap tahunnya, jumlah pengemis selalu meningkat. Pada tahun 1999 lalu, jumlah pengemis hanya berkisar 500-1.000 orang," ujarnya.

Yu Ie juga kembali menegaskan bahwa pihak yayasan tidak membagi-bagikan dana. Selama ini, lanjutnya, para umatlah yang kerap membagi-bagikan uang ke pengemis. Maklum, dalam tradisi Imlek, umat memang kerap berderma di Tahun Baru Imlek dengan harapan rejeki setahun mendatang melimpah.

"Tahun ini, kami sudah memberikan sosialisasi agar umat tidak memberikan dana kepada pengemis yang masih sehat," ujar Yu Ie.

Pihak klenteng juga berkoordinasi dengan Polsek Glodok dan petugas keamanan setempat untuk menangani para pengemis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com