Jakarta, Kompas -
Buku itu merupakan terjemahan dari hasil riset dan kajian Wanda Hamilton, seorang aktivis Fight Ordinances and Restrictions to Control and Eliminate Smoking/FORCES International.
Buku itu mengungkapkan dengan gamblang motif-motif yang mendasari larangan dan pembatasan produk tembakau secara global. Ada
therapy di balik agenda pengontrolan atas tembakau. Berbagai anggapan pakar medis mengenai dampak merokok bagi kesehatan juga dipertanyakan kebenarannya.
Salah satu pembicara, yaitu pengamat ekonomi Revrison Baswir, membedah buku itu dari
Pembicara lainnya, peneliti dari Institute for Global Justice Salamuddin Daeng beranggapan senada. Perang dagang bukan merupakan fenomena baru.
Budayawan Mohamad Sobari mengatakan, kekuatan kapitalis dan kolonialis selalu mencengkeram negara yang pemerintahan dan parlemennya lemah serta medianya kurang peduli. ”Seharusnya, kehidupan kita tidak boleh diintervensi oleh kekuatan luar,” ujarnya.
Sobari juga menyatakan, keprihatinannya akan nasib petani tembakau yang akan terpengaruh. Menurut dia, petani tembakau merupakan konteks nyata dan riil yang tidak bisa dipinggirkan.
Para pembicara tersebut sempat mendapatkan beberapa tanggapan dari mahasiswa peserta diskusi yang khawatir buku itu dijadikan alat pembenaran untuk terus merokok.
Sebagian mahasiswa ada yang berpendapat, industri rokok sendiri sebetulnya selama ini mengakui bahwa produknya berbahaya. Hal itu terbukti dengan pencantuman dampak kesehatan pada kemasan rokok.