Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Berminat Patenkan Umbi Dahlia untuk Osteoporosis

Kompas.com - 25/04/2012, 11:16 WIB
Nawa Tunggal

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dari hasil kerja sama riset antara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Jepang ditemukan adanya mikroorganisme yang mampu mengolah umbi dahlia untuk mencegah osteoporosis atau pengeroposan pada tulang.

"Sudah ditawarkan hasil penelitian ini kepada industri swasta dalam negeri, tetapi tidak ada yang tertarik. Sekarang industri dari Jepang yang akan mematenkan hasil riset ini," kata Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Endang Sukara, Rabu (25/4/2012), dalam diseminasi hasil riset kerja sama internasioonal LIPI di bidang energi dan lingkungan di Jakarta.

LIPI sebelumnya mengenalkan hasil riset umbi dahlia sebagai inulin yang dapat dimanfaatkan sebagai prebiotik untuk menghasilkan mikroorganisme menguntungkan bagi pencernaan. Menurut Endang, tindak lanjut sejumlah hasil riset kerja sama internasional tidak disambut industri dalam negeri. "Sumber daya alam kita kaya, tetapi kita tidak mampu mengelola," kata Endang.

Endang menyebutkan, angka pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen itu bukan dari pertambahan nilai produksi hasil inovasi berbasis riset. Sebesar 80 persennya dipengaruhi konsumsi barang.

"Pertumbuhan ekonomi dari kegiatan konsumsi berasal dari pengambilan keuntungan. Barang dibeli dengan harga murah, lalu dijual dengan mengambil margin keuntungan," katanya.

Peneliti LIPI, Elisabeth Wijaya, memaparkan hasil riset biodiversitas kerja sama dengan The University of California, Davis and Berkeley Campuses, Amerika Serikat. Lokasi penelitiannya di daerah pegunungan Mekongga, Lasusua, Sulawesi Tenggara. Riset pada tahun 2009-2012 itu menghasilkan banyak temuan mikroba, antara lain untuk antituberkulosis, antikanker, antiinflamasi, dan antioksidan.

Selain itu, ada pula mikroba untuk menghasilkan minyak nabati sebagai sumber bioenergi. "Ada 1.800 isolat mikroba dari Mekongga yang sekarang disimpan di tiga tempat," kata Elisabeth. Ketiga tempat penyimpanan isolat mikroba itu meliputi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Departemen Kehutanan Institut Pertanian Bogor, dan University of California. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com