Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/01/2017, 09:32 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.com – Pernahkah Anda merasa tergoda untuk membeli barang-barang diskon ketika masuk ke dalam pusat pertokoan? Lalu, seakan tak bisa berkelit dari godaan, beberapa produk ini masuk ke kantong belanja?‎

Setelah membayar, Anda baru sadar bahwa barang tersebut tidak diperlukan. Keinginan untuk membeli datang secara impulsif atau tanpa rencana, bukan lagi didasari kebutuhan. Terasa akrab?

Kalau iya, Anda tidak sendiri. Di Amerika Serikat, misalnya, survei Creditcards.com pada 2016 mendapati 84 persen dari 1.003 responden mengaku pernah melakukan pembelian impulsif.

Masih dari riset yang sama, sekitar 79 persen responden mengatakan lebih sering melakukan pembelian impusif saat berbelanja di toko. Survei ini dikumpulkan melalui wawancara secara langsung atau melalui telepon pada 7-10 Januari 2016.

Meskipun para pelaku belanja impulsif sering kali menyesal, kebiasaan tersebut cenderung sulit "direm". Padahal, dana belanja ini semestinya dapat dialokasikan untuk hal lebih bermanfaat.

Bayangkan, misalnya, jika uang itu ditabung, berapa banyak dana yang bisa terkumpul? Tabungan tersebut juga seharusnya dapat dipakai ketika menghadapi keadaan darurat yang membutuhkan biaya.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara "mengerem" tindakan membeli secara impulsif dan menggantinya menjadi kebiasaan menabung?

Daftar

Sebuah metode dikembangkan perancang busana dan penulis, Tina Roth Eisenberg, untuk mengurangi kebiasaan belanja barang tidak bermanfaat.

Eisenberg terinspirasi dari salah satu pendekatan Marie Kondo yang tertuang dalam buku "The Life-Changing Magic of Tidying Up".

"Pertanyaan 'apakah barang ini membawa kebahagiaan bagi saya' dalam pendekatan Marie Kondo telah mengubah cara pandang terhadap semua hal yang saya miliki," tulis Eisenberg dalam situs web Swiss-Miss, Kamis (8/9/2016).

Kini, dia selalu melontarkan pertanyaan tersebut sebelum memutuskan membeli barang. Alhasil, banyak barang tak jadi masuk kantong belanja.

THINKSTOCK.COM Pastikan, barang yang dibeli memang dibutuhkan, bukan berdasarkan keinginan sesaat.

Tak berhenti di situ. Eisenberg pun menuliskan semua barang yang dia inginkan tapi tidak jadi dibeli.

"Daftar itu mengingatkan saya bahwa banyak barang yang saya pikir perlu dimiliki, berakhir menjadi seonggok barang dalam waktu cepat," lanjut dia.

Namun, hikmah terbaik dari metode tersebut—menurut Eisenberg—adalah tentang berhemat. Daftar barang tersebut mencerminkan jumlah uang yang berhasil dia "selamatkan".

Meski demikian, bertanya pada diri sendiri saja terkadang tidak cukup menekan keinginan impulsif untuk membeli barang tidak dibutuhkan. Terlebih lagi ketika situasinya tak direncanakan, misalnya berjalan-jalan di mal yang sedang memberikan tawaran menarik.

Dalam keadaan itu, penulis Paul Michael menyarankan menambah satu tahap "antisipasi". Saran dia, masukkan saja semua barang yang "mendadak" diinginkan ke kantong belanja. Namun, jangan berhenti di situ apalagi langsung membayar belanjaan tersebut.

Sebelum memutuskan membayar, lontarkan pertanyaan seperti "‎apakah barang ini layak dibeli?", "butuhkan Anda dengan barang tersebut?", atau "apakah Anda bisa bertahan hidup tanpanya?"‎.

Jika 'tidak' adalah jawaban dari semua kemungkinan pertanyaan di atas, kembalikan barang tersebut ke raknya. Tahapan ini, lanjut Michael, dapat memberikan rasa puas dan bangga.

"Dengan menganalisis pembelian lalu membulatkan tekad untuk mengeluarkan barang dari kantong belanja (sebelum membayar), Anda telah melatih willpower atau tekad," tulis Michael.

Kepuasan bertambah, lanjut dia, ketika mengetahui jumlah uang yang dihemat karena tidak mengikuti hawa nafsu untuk berbelanja.

Manfaat tersebut akan semakin terasa jika uang yang biasa digunakan untuk belanja impulsif masuk ke tabungan. Ketika barang tidak jadi dibeli, tabungan bertambah sejumlah harga barang tersebut.

THINKSTOCKPHOTOS Melihat dana tabungan yang terus tumbuh dapat membawa perasaan puas dalam diri. Semangat untuk terus menabung pun dengan sendirinya tumbuh.

Namun perlu diingat, rekening untuk tabungan sebaiknya dipisahkan dari rekening transaksi harian. Jangan sampai uang tabungan bercampur dan malah terpakai untuk hal lain.

Kalau bisa, pilih tabungan yang memberikan manfaat tambahan seperti kesempatan mendapat hadiah. Karena rekening digunakan untuk tabungan, saldo yang terendap tentu akan berkembang dengan stabil.

Pertambahan saldo umumnya jadi salah satu dasar penambahan poin untuk memperbesar peluang memenangkan hadiah. Sudah dana tabungan bertambah, dapat untung pula.

Tabungan BTN Batara, misalnya, memiliki program undian Serba Untung (Serbu) BTN. Nasabah dapat mengumpulkan poin untuk mendapat kesempatan memenangkan undian.

Poin didapat dari pembukaan rekening baru tabungan BTN Batara, penambahan saldo, atau transaksi tertentu, yang dilakukan selama periode undian.

Daripada uang habis untuk belanja impulsif karena dorongan diskon, lebih baik dana disimpan sebagai tabungan, bukan? Terlebih lagi, kesempatan mendapat hadiah dapat jadi tambahan motivasi.

Selamat menabung!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com