Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/07/2017, 18:34 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

S dibawa ke rumah Ahmat untuk segera dipulihkan. Di sana, S masih syok. Ia pun masih menangisi perpisahan dengan Zainudin. Namun lambat laun hati S mulai tergerak dan melupakan Zainudin.

Peran anak muda

Keberhasilan membelas S dari Zainudin tak lepas dari peran KPAD Sekotong Timur yang merupakan proyek dari aliansi “Yes I Do” bentukan Plan Internasional Indonesia bersama Rutgers WPF Indonesia dan Aliansi Remaja Independen (ARI).

KPAD berisikan anak-anak muda yang memiliki perhatian besar terhadap resiko pernikahan usia anak-anak. Ketua KPAD Sekotong Timur Maeson mengatakan memiliki harapan besar untuk mengentaskan persoalan pernikahan usia anak di daerahnya.

Salah satu pengalaman yang bisa dijadikan pelajaran adalah peristiwa kawin lari S. Setelah S berhasil dipisahkan, maka KPAD juga turut merangkul S untuk kembali ke lingkungan.

S tak lagi dianggap sebagai aib karena gagal menikah. Dia malah didorong untuk kembali ke sekolah. “Kami bertanggungjawab atas keberlangsungan hidup S, salah satunya pendidikan,” kata Maeson.

S kini terlihat lebih semringah. Dia mengaku mulai melupakan peristiwa tersebut dan ingin segera menggapai mimpinya. “Saya ingin jadi pramugari,” kata S yang menyunggingkan senyum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com