Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikira Keputihan Biasa, Ternyata Gejala Kanker Serviks

Kompas.com, 15 Februari 2019, 07:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada leher rahim. Penyakit ini sering terlambat dideteksi karena banyak wanita tidak mengenali gejalanya.

Untung Endang Suryani (52), seorang penyintas kanker serviks, tidak pernah menyangka menderita kanker. Ia merasa tubuhnya sehat dan masih aktif bekerja sebagai agen penjualan properti.

Suatu ketika di awal tahun 2017 ia mengalami keputihan yang dianggapnya normal karena tidak berbau.

"Saya pikir itu keputihan biasa. Ketika itu usia saya sudah 50 tahun, jadi dikira keputihan itu tanda mau menopause. Kebetulan juga sudah berpisah dengan suami 15 tahun," ujar wanita yang lebih akrab disapa Endang ini.

Setelah menstruasi, beberapa hari kemudian ia kembali mengalami keputihan tidak berhenti. Saya lalu disarankan minum jamu, tapi sudah dua bulan rutin minum keputihannya tidak berhenti," katanya ketika ditemui di kawasan Menteng, Jakarta (13/2/2019).

Berbagai jenis obat herbal pun dicobanya, tetapi tetap saja gejala keputihannya tidak hilang. Kondisi fisiknya pun menurun dan Endang terlihat pucat.

Baca juga: 4 Pemeriksaan Penting untuk Cegah Kanker Serviks

Penyintas kanker serviks, Untung Endang Suryani.KOMPAS.com/Lusia Kus Anna Penyintas kanker serviks, Untung Endang Suryani.
Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan kadar Hb darahnya sangat rendah. Dokter menduga ada kemungkinan kanker serviks dan ia pun harus dibiopsi.

"Waktu dibilang kanker serviks, saya langsung teringat almarhum Jupe (Julia Perez). Ketika itu saya merasa panik, merasa sudah pasti akan meninggal," ujarnya.

Dokter menemukan seperempat serviksnya sudah tertutupi kanker dan penyakitnya sudah masuk stadium 2B.

Keputihan terus menerus memang menjadi salah satu gejala kanker serviks.

Gejala lain yang paling sering ditemui adalah keluar darah di luar masa menstruasi, terutama ketika sedang berhubungan seksual.

Perdarahan

Endang mengatakan, ketika itu ia sangat stres sehingga terus mengalami perdarahan. Dokter lalu memutuskan untuk melakukan radiasi untuk menghentikan perdarahannya.

"Saya diradiasi 5 kali dan menunggu dua bulan untuk radiasi berikutnya. Pada masa tunggu itu saya diminta kemoterapi supaya tidak kecolongan dengan penyebaran kanker," paparnya.

Sejak awal pengobatan, Endang sudah mendapatkan transufi sebanyak 59 kantong darah. Ia pun berjuang menghadapi rasa nyeri pada organ serviksnya dan juga efek samping pengobatan.

Pada masa itu pula ia mulai berkenalan dengan komunitas Cancer Information and Support Center (CISC).

"Tadinya saya merasa sendirian, tapi begitu masuk komunitas ini baru tahu banyak yang survive walau kankernya lebih parah. Wawasan mulai terbuka dan mulai semangat menjalani pengobatan," katanya.

Endang menyebut, komunitas pasien seperti CISC sangat bermanfaat bagi pasien karena bisa saling menguatkan, berbagi, dan menjadi penyemangat untuk berobat.

Hampir dua tahun menjadi penyintas, Endang terus menjaga pola hidupnya.

"Yang penting makan yang sehat, perbanyak buah dan sayur, dan jangan stres," katanya berbagi kiatnya sebagai penyintas.

Baca juga: Cegah Kanker Serviks Sejak Dini Lewat Vaksinasi

Meningkat

Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan), kasus baru kanker serviks di Indonesia mencapai 32.469 kasus atau 17,2 persen dari total kanker yang diidap perempuan di Indonesia.

Angka kematiannya mencapai 18.279 per tahun atau 50 perempuan per hari. Angka itu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2016 dengan 26 perempuan meninggal setiap hari.

Penyakit ini sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi. Angka perlindungannya mencapai 100 persen.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau