Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Boenkus", Pengganti Plastik yang Cantik dan Unik Karya Mahasiswa ITB

Kompas.com, 20 November 2019, 11:32 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berawal dari tugas mata kuliah Integrated Business Experience, sembilan mahasiswa Sekolah Manajemen Bisnis Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat "Boenkus".

"Boenkus" adalah pembungkus makanan berbahan beeswax wrap. Bahan tersebut bisa digunakan berulang-ulang selama satu tahun -tergantung pemakaian dan perlakuan.

“Ini digunakan untuk mengganti plastic wrap. Kalau plastik, sekali buang. Kalau ini bisa dipakai berulang kali tinggal dicuci saja.”

Baca juga: Selain Jadi Bahan Bakar Pabrik Tahu, 4 Cara Lain Kelola Sampah Plastik

Begitu ujar salah satu pendiri "Boenkus", Kezia Nathania Tanzil kepada Kompas.com di Bandung, belum lama ini.

Tak hanya itu, beeswax wrap ini bisa membuat makanan lebih tahan lama.

Sebanyak enam mahasiswa mendirikan Boenkus, yakni pembungkus makanan berbahan beeswax wrap. Bahan tersebut bisa digunakan berulang-ulang selama satu tahun tergantung pemakaian dan perlakuan. Dok BOENKUS Sebanyak enam mahasiswa mendirikan Boenkus, yakni pembungkus makanan berbahan beeswax wrap. Bahan tersebut bisa digunakan berulang-ulang selama satu tahun tergantung pemakaian dan perlakuan.
Uji coba membelah alpukat menjadi dua pernah dilakukan dalam wadah ini. Satu sisi alpukat dibiarkan terbuka. Satu sisinya lagi dibungkus beeswax wrap.

Setelah beberapa hari, alpukat yang dibungkus memiliki kualitas jauh lebih bagus dibanding yang tidak dibungkus.

Beeswax wrap juga bisa dipasang di atas gelas dan mangkuk berisi air ataupun sayur. Ketika gelas di balik, air tidak akan tumpah.

Baca juga: Gaya Kelly Tandiono, Pakai Busana dari Botol Plastik Bekas

“Beeswax ini bisa menjadi alternatif untuk plastik dan cling wrap yang sifatnya natural dan reusable food wrapping. Bahannya campuran beeswax, organic oils, dan organic cotton," kata dia.

Boenkus merupakan pembungkus makanan berbahan beeswax wrap. Bahan tersebut bisa digunakan berulang-ulang selama satu tahun tergantung pemakaian dan perlakuan. Dok BOENKUS Boenkus merupakan pembungkus makanan berbahan beeswax wrap. Bahan tersebut bisa digunakan berulang-ulang selama satu tahun tergantung pemakaian dan perlakuan.
Keunggulan lain dari "Boenkus" adalah beragam motif yang unik dan cantik. Motif yang didesain khusus tersebut menggunakan gaya kartun yang lucu.

Ada Human Life, Color Brush, Tropical Fruit, Food, dan lainnya.

Ada pula motif untuk edisi khusus yang limited edition seperti Natal, Lebaran, Women's day, Animal wildlife, serta desain kolaborasi, Chic and darling juga Sagaleh.

Untuk yang edisi khusus, harganya dijual Rp 120.000. Sedangkan, yang biasa Rp 100.000. Harga tersebut terbilang murah.

“Di Australia harga satu lembarnya 40 dollar Australia. Di kami cukup Rp 100.000,” ucap dia.

Itulah mengapa, ada reseller "Boenkus" yang memasarkannya ke Australia. Bahkan ada costumer Estonia, Eropa, yang mengontak dan menyatakan ketertarikannya memasarkan "Boenkus".

Baca juga: Nantikan, Sepatu Exodos57 “Bahaya Sampah Plastik” di Bali

Meski terbilang murah, di Bandung, pasar produk ini terhitung kurang bagus. Padahal, produk tersebut lahir di Bandung dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan.

Akhirnya, produksi "Boenkus" dipindahkan ke Jakarta. Apalagi pasar terbanyak "Boenkus" ada di Jakarta.

“Pasar kami banyak Jakarta dan Bali. Bandung sendiri kurang, mungkin karena warganya belum aware,” ungkap pendiri lainnya, Erlangga Muljadi.

Balik modal

Boenkus merupakan pembungkus makanan berbahan beeswax wrap. Bahan tersebut bisa digunakan berulang-ulang selama satu tahun tergantung pemakaian dan perlakuan. Dok BOENKUS Boenkus merupakan pembungkus makanan berbahan beeswax wrap. Bahan tersebut bisa digunakan berulang-ulang selama satu tahun tergantung pemakaian dan perlakuan.
Erlangga mengatakan, modal dari bisnis ini sekitar Rp 10-15 juta atau masing-masing anggota kelompok mengumpulkan uang Rp 1-1,5 juta.

“Uang tersebut paling banyak dikeluarkan untuk riset dan development. Kami kira dah ok, ternyata belum. Yang gagalnya banyak,” ucap dia.

Setelah berhasil menjadi produk, tak perlu waktu lama untuk menjualnya. Dalam hitungan minggu, mereka sudah 'balik modal'.

Baca juga: KitKat Ganti Kemasan Plastik dengan Kertas Origami

Begitu pun saat mereka memutuskan untuk kembali memproduksi, respons pasar bagus.

Salah satu keuntungan dari bisnis ini digunakan untuk membantu saluran air di Desa Muka Payung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

“Kami ada community project, tugas mata kuliah juga di SBM ITB. Jadi kami membantu beberapa RT di Desa Muka Payung untuk mendapatkan air bersih,” tutur Erlangga.

Saat ini, keenam pendiri "Boenkus" ingin mengembangkan bisnisnya. Salah satunya tas yang ramah lingkungan.

Keenam mahasiswa itu adalah Dianitas Allysia Hadi, Puti Shania Sastrosatomo, Charles Vincent, selain Erlangga Muljadi dan Kezi Nathania Tanzil.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau