Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Perbedaan Daging Asli dan Daging Nabati

Kompas.com, 8 Juli 2021, 15:16 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber FOXNEWS

KOMPAS.com - Daging buatan (fake meats) yang semua bahannya terbuat dari nabati (plant based) mungkin terlihat sama seperti daging asli.

Tetapi, para ilmuwan mengatakan, komponen nutrisinya mungkin berbeda.

Para peneliti di Duke University membandingkan 36 sampel makanan, di antaranya ada 18 alternatif daging nabati, dan 18 pilihan daging giling.

Untuk setiap sampel, mereka mengukur jumlah metabolit atau molekul kecil yang membentuk nutrisi dalam makanan.

Baca juga: Sehatkah Mengonsumsi Daging Buatan Berbasis Nabati?

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports menemukan, daging sapi mengandung 22 metabolit yang tidak dimiliki oleh pengganti nabati.

Sementara itu, daging buatan mengandung 31 metabolit yang tidak termasuk dalam daging sapi asli.

Para peneliti juga menunjukkan perbedaan terbesar dalam vitamin, asam amino dan jenis asam lemak jenuh maupun tak jenuh yang ditemukan di kedua jenis daging tersebut.

Pembuat daging buatan meniru tampilan, rasa, dan tekstur daging dengan molekul pembawa zat besi dan protein dari kedelai, kacang polong, serta bahan nabati lainnya.

Selain itu, beberapa produk daging buatan mengandung vitamin -misalnya B12, untuk membuat profil nutrisi yang mirip dengan daging asli.

Baca juga: 3 Cara Mencegah Bakteri akibat Kontaminasi Silang Saat Masak Daging

Bagaimana pun, penelitian tersebut menemukan, beberapa metabolit yang terbukti penting bagi kesehatan manusia ditemukan baik secara eksklusif atau dalam jumlah yang lebih besar dari daging asli.

"Ada banyak metabolit di dalam daging sapi asli, termasuk creatine, spermine, anserine, cysteamine, glucosamine, squalene, dan asam lemak omega-3 DHA," kata para peneliti.

Daging buatan tak lebih baik 

Peneliti postdoctoral di Duke Molecular Physiology, Stephan van Vliet mengungkapkan, memang nutrisi di dalam daging sapi asli sangat penting untuk otak dan organ lain termasuk otot.

Namun, beberapa orang dengan pola makan vegan (tanpa produk hewani) justru dapat menjalani hidup dengan lebih sehat.

Baca juga: Daging Tak Perlu Dicuci Sebelum Dimasak, Apa Alasannya?

"Tetapi konsumen harus mengetahui bahwa daging asli dan produk daging nabati tidak dapat dipertukarkan secara nutrisi," kata dia.

"Itu berarti bahwa yang satu tidak lebih baik dari yang lain. Jadi, makanan nabati dan hewani dapat saling melengkapi karena memberikan nutrisi yang berbeda," imbuh dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau