Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keramas dengan Air Hangat Ternyata Bisa Bikin Rambut Rontok

Kompas.com, 9 Oktober 2021, 06:54 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Saat cuaca dingin atau kelelahan, biasanya hal pertama yang ingin kita lakukan adalah mandi dan keramas dengan air hangat atau air panas.

Memang, selain dapat menghangatkan tubuh, saat mengguyurkan air hangat atau agak panas ke kepala, rasanya beban dan lelah serasa terangkat.

Tetapi, mulai sekarang kita perlu berhati-hati nih. Pasalnya, keramas dengan air hangat atau agak panas ternyata bisa menyebabkan rambut rontok.

“Air hangat tidak boleh. Rambut itu nggak didesain untuk pakai air hangat. Sebab, pH balance bisa terganggu,” ujar dr. Reinita Arlin Puspita dalam webinar "Kupas Tuntas Produk Praktis dan Inovatif Untuk Solusi Rambut Lebih Tebal dan Kulit Kepala Sehat" yang diselenggarakan oleh People With Us pada Jumat (8/10/2021).

Menurut dr. Reinita, keseimbangan pH yang terganggu dapat menyebabkan rusaknya folikel kulit kepala, melemah, dan berujung pada kerontokan rambut saat disisir.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa air hangat dapat mengelupas minyak alami yang ada pada rambut, sehingga menyebabkan rambut menjadi kering dan dehidrasi, yang akan membuat rambut lebih rentan terhadap kerusakan, kerontokan, dan ujung rambut pun bisa bercabang.

Keramas dengan air hangat atau panas sendiri sebenarnya merupakan salah satu faktor eksternal yang menyebabkan rambut rontok.

Baca juga: Kesalahan Saat Keramas yang Merusak Rambut

Ya, menurut dr. Reinita, faktor penyebab kerontokan rambut dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu faktor internal dan eksternal.

Selain keramas dengan air hangat, faktor eksternal lainnya adalah kandungan sampo dan produk perawatan rambut lain yang kita gunakan serta perawatan rambut setelah keramas.

“Kita harus tau apa yang kita gunakan, seperti paraben itu kan berbahaya kalau terlalu banyak, bisa membuat rambut rontok. Jadi pilih produk itu penting,” ujar dr. Reinita.

Rambut rontok perlu menjadi perhatian ketika helai rambut rontok per hari sudah mencapai lebih dari 100 helai dan sudah sangat mengganggu keseharian.SHUTTERSTOCK Rambut rontok perlu menjadi perhatian ketika helai rambut rontok per hari sudah mencapai lebih dari 100 helai dan sudah sangat mengganggu keseharian.
Dokter Reinita juga mengatakan bahwa perawatan rambut setelah mandi dan keramas bisa membahayakan akar rambut jika dilakukan terlalu sering.

“Misalnya kalau laki-laki suka pakai gel setelah mandi, itu nggak baik, bisa membuat rambut rontok kalau terlalu sering. Lalu perempuan kan suka pakai hairdryer, catokan. Itu panas, kalau terlalu sering, nanti folikel rambut bisa rapuh, lalu patah dan rontok,” ujarnya.

Sementara itu, faktor internal atau faktor dalam tubuh bisa meliputi berbagai hal, seperti faktor genetik dan diet, atau apa yang kita konsumsi.

“Kalau menemukan satu keluarga masih muda, namun banyak yang botak, itu biasanya genetik,” katanya. 

Lalu, makanan juga berpengaruh, Menurut dr. Reinita, rambut rontok bisa disebabkan oleh kurangnya makronutrien dan mikronutrien seperti asam amino yang menurutnya, mirip dengan semen pada rambut manusia karena berperan penting dalam memperkuat rambut.

Untuk itu, dr. Reinita mengatakan kalau kita perlu mengonsumsi banyak makanan dengan kandungan asam amino tinggi, seperti daging ayam atau ikan.

Ia juga menyarankan agar kita mengonsumsi makanan yang kaya antioksidan, seperti bayam, brokoli, atau paprika.

“Seperti kulit, rambut juga mengalami gejala penuaan yang ditandai dengan rambu rusak, bercabang, dan rontok. Jadi, untuk mengikat radikal bebas agar tidak berpengaruh buruk pada kulit kepala, diperlukan makanan kaya antioksidan,” ujarnya.

 Baca juga: Agar Rambut Sehat, Seberapa Sering Harus Keramas

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau