KOMPAS.com - Angka stunting di Indonesia masih terbilang tinggi walau data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan penurunan.
Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 mencatat angka stunting secara nasional turun sebanyak 1,6 persen per tahun.
Pada tahun 2019, angka stunting masih menyentuh 27,7 persen dan baru turun menjadi 24,4 persen pada tahun 2021.
Kendati demikian, menurut pakar tumbuh kembang anak Prof. Rini Sekartini, angka tersebut masih tinggi sebab melebihi persentase 20 persen.
Hal itu diungkapkan Prof. Rini dalam webinar "Cegah Stunting dan Dampak Negatifnya terhadap Perkembangan Otak dan Pertumbuhan Fisik Anak Prima dengan 9AAE dan DHA 4x" yang digelar Frisian Flag, Kamis (17/2/2022).
"Alhamdulillah angkanya mulai menurun tapi keseluruhannya 24,4 persen, suatu angka yang tinggi," katanya.
Prof. Rini mengatakan, tingginya angka stunting di Tanah Air disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gizi dan infeksi, masa kehamilan, dan psikososial.
"Stunting bisa dikarenakan kurannya gizi dalam waktu yang lama, asupan makanan yang kurang protein, dan infeksi kronis," jelas Prof. Rini.
"Anak berpeluang stunting kalau selama di dalam kandungan pertumbuhannya terhambat dan bisa juga saat lahir ada perubahan hormonal saat stres," tambahnya.
Baca juga: Serupa tetapi Tak Sama, Ini Perbedaan Stunting, Wasting, dan Underweight
Prof. Rini mengingatkan bahwa anak yang bertumbuh pendek tidak selalu mengalami stunting. Sebabnya hal ini bisa dipengaruhi faktor genetika dari kedua orang tuanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.