Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 10 Januari 2024, 15:36 WIB
Chrisstella Efivania Rosaline,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belum lama ini, beredar video di media sosial TikTok yang memperlihatkan seorang bayi sedang menangis, tetapi bibirnya dimainkan oleh orangtuanya hingga bayi tidak menangis.

Video tersebut sudah disukai oleh 6,1 juta pengguna TikTok dan dibanjiri lebih dari 33.000 komentar. 

Baca juga:

Di bagian komentar, salah satu komentar teratas dari video itu berasal dari akun Inda_chnzzz yang mengatakan bahwa jika bibir bayi dimainkan ketika sedang mengeluarkan suara (cooing), bayi bisa menjadi gagap. 

“Katanya kalau sering diginiin bisa gagap ntarrr,” bunyi pernyataan dari akun Inda_chnzzz, Jumat (29/12/2023). 

Lantas, benarkah hal tersebut?

Memainkan bibir bayi apa bisa bikin gagap?

Bayi Demam Saat Tumbuh Gigi, Kapan Perlu Waspada?Shutterstock/ivan_kislitsin Bayi Demam Saat Tumbuh Gigi, Kapan Perlu Waspada?

Menurut dokter spesialis anak, dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, memainkan bibir anak tidak ada kaitannya dengan penyebab gagap pada anak.

“Enggak, enggak ada hubungannya (dengan gagap). Itu memang sudah biasa dilakukan banyak orangtua, biasanya karena mereka (merasa) gemas saja sama suara bayinya,” jelas Bernie saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (10/1/2024). 

Bernie berasumsi, bayi yang ada di video tersebut baru menginjak usia sekitar enam-tujuh bulan. Dengan demikian, tahapan perkembangan bahasanya baru mencapai tahap cooing.

Cooing, kata Bernie, merupakan istilah yang digunakan ketika bayi mulai bisa mengeluarkan suara pertamanya. Misalnya "ah”, “oh”, atau “uh”.

“Kalau di usia-usia segitu memang bayi baru bisa melakukan cooing, baru nanti setelah tujuh bulan ke atas bisa melakukan babbling atau mengulang dua suku kata,” tuturnya.

Baca juga:

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Jerawat pada Bayi, dari Penyebab hingga Cara MengatasinyaUnsplash Jerawat pada Bayi, dari Penyebab hingga Cara Mengatasinya

Bernie menegaskan, gagap karena memainkan bibir bayi hanyalah mitos lantaran menurutnya gagap pada anak baru bisa terlihat di usia dua-tiga tahun, ketika anak sudah mulai bisa berbicara. 

“Gagap itu baru muncul kira-kira ketika anak menginjak usia toddlers. Itu baru mulai terlihat tanda-tandanya. Karena di usia itu, anak baru bisa mengatakan kata-kata secara jelas,” katanya.

Baca juga:

Orangtua tetap harus melakukan stimulasi

Meskipun tidak menyebabkan kegagapan atau stuttering pada bayi, Bernie menyarankan agar para orangtua tetap memberikan stimulasi yang tepat agar bayi bisa mencapai tahapan perkembangan sesuai dengan usianya. 

“Orangtua harus selalu memberikan stimulasi yang benar. Misalnya ngajak ngomong. Ajarkan kata-kata yang biasa (dipakai) dulu saja, jadi dia bisa menangkap maksud kalimat yang digunakan sehari-hari,” terangnya. 

Bernie mengingatkan, orangtua harus mulai melakukan stimulasi bahasa pada bayi sejak kecil yakni ketika bayi mulai cooing.

Dengan demikian, seiring berjalannya waktu bayi mampu mengerti bahasa yang digunakan sekitarnya.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Parenting
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau