Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/11/2023, 06:12 WIB
Putri Aulia,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pneumonia atau radang paru menjadi salah satu penyakit yang memiliki angka kematian tinggi pada anak. Namun, banyak orangtua yang belum memahami gejala dan deteksi dini penyakit ini. Padahal penyakit ini bisa dicegah dan diobati.

Saat ini secara global setiap 30 detik seorang anak usia di bawah 5 tahun meninggal karena pneumonia. Indonesia sendiri berada di peringkat ke-8 kematian balita akibat pneumonia di dunia.

Dijelaskan oleh Prof.Dr.Cissy Kartasasmita Sp.A, pneumonia merupakan peradangan paru yang penyebab utamanya adalah bakteri pneumokokus. Namun, ada beberapa bakteri dan virus yang juga bisa menyebabkan pneumonia.

Bakteri tersebut seringkali justru dibawa oleh orang luar ke dalam rumah, seperti orangtua atau saudara. Pasalnya, penyebaran bakteri ini bisa melalui droplet.

Gejala awal pneumonia sendiri memang sulit dibedakan dengan penyakit saluran pernapasan lainnya, namun gejala pneumonia ini sebenarnya bisa dikenali sejak awal.

"Gejala yang paling bisa terlihat adalah anak mengalami napas cepat dan tarikan dinding dada ke dalam saat menarik napas. Orangtua bisa menghitung napas anak untuk deteksi pneumonia," ujarnya dalam acara media edukasi yang diadakan oleh MSD di Jakarta (6/11/2023).

Cara menghitung napas anak dapat dilakukan dengan meletakkan tangan orangtua  ke dada anak dan menghitung gerak napas anak dalam 1 menit. Ini bisa dilakukan saat anak sedang istirahat.

Baca juga: Mengenal Apa itu Pneumonia, Penyebab, dan Gejalanya

Anak dikatakan memiliki napas cepat apabila:

  • Anak usia kurang dari dua bulan: 260 kali/menit
  • Anak usia kurang dari 12 bulan: 250 kali/menit
  • Anak usia 15 tahun 240 kali/ menit

Faktor risiko pneumona

Berbagai faktor risiko yang bisa memengaruhi terjadinya pneumonia pada anak antara lain anak kekurangan gizi, imunisasi tidak lengkap, kurang mendapat ASI, berat badan lahir rendah, cuaca dingin, hingga polusi udara.

Menurut dr. Soedjatmiko Sp.A, pneumonia dapat berdampak pada pertumbuhan anak dalam jangka panjang jika tidak ditangani dengan benar.

Untuk itu, Soedjatmiko memberikan langkah pencegahan yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah pneumonia.

"Berikan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI yang cukup protein hewani dan nabati. Anak butuh banyak protein untuk membentuk otak dan kekebalan tubuh," katanya dalam acara yang sama.

Selain itu, jauhkan anak dari orang yang sedang batuk pilek, paparan asap rokok dan asap kendaraan. Tak kalah penting adalah melengkapi imunisasi (BCG, Polio, DPT-Hib-HepB, campak rubella, PVC).

Baca juga: Cara Mengenali Gejala Pneumonia pada Anak-anak

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah bakteri, virus, jamur masuk ke saluran napas anak antara lain mencuci tangan sebelum memegang bayi dan balita, serta gunakan masker saat sedang pilek dan batuk.

“Jangan mencium bayi balita dengan mulut kita, dengan hidung kita dan jangan juga kita mencium mulutnya si bayi kalau bapak ibunya di tenggorokan ada pneumokokus, dia akan pindah ke bayi” ujar Soedjatmiko

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com