Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Netizen Mudah Menghujat Selebritas yang Dianggap Salah, Apa Sebabnya?

Kompas.com, 22 Maret 2024, 21:18 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjadi seorang artis atau selebritas bukanlah hal yang mudah karena ada banyak konsekuensi yang harus diterima.

Selain kehidupan pribadinya yang rentan menjadi konsumsi publik, terkadang para selebritas juga mendapatkan hujatan atau komentar-komentar negatif di media sosial (medsos) ketika melakukan kesalahan.

Hal ini juga belum lama dialami oleh dua selebritas Korea, Han So Hee dan Ryu Jun Yeol, lantaran diduga terlibat perselingkuhan.

Baca juga: Mengapa Netizen Suka Mengikuti Kisah Perselingkuhan Artis?

Lantas, mengapa netizen dapat dengan mudah menghujat selebritas yang mereka anggap salah atau berperilaku tidak baik?

Nah, menurut psikolog klinis Tiara Puspita, terbukanya akses informasi saat ini memiliki peran penting dalam mendorong masyarakat untuk mengekspresikan pendapat mereka, terutama di medsos.

"Netizen menjadi sangat mudah untuk mengekspresikan pendapatnya secara terbuka tanpa merasa ada konsekuensi negatif yang dapat mereka peroleh," kata Tiara melalui jawabannya tertulisnya kepada Kompas.com, Kamis (21/3/2024).

Di samping itu, perasaan anonimitas juga dinilai dapat memberikan perasaan bebas bagi netizen untuk mengutarakan komentar-komentar negatif, tanpa memikirkan konsekuensi atau reaksi selebritas yang menjadi bahan pembicaraannya.

"Kalau dibahas secara topiknya, perselingkuhan dapat terjadi pada siapapun, bahkan pada netizen sendiri, sehingga memungkinkan adanya kedekatan emosional tidak hanya pada selebritinya, tetapi juga pada topiknya," ungkap Tiara.

"Akibatnya, netizen memiliki penilaian dan pendapatnya sendiri terkait perselingkuhan, terlepas dari siapa selebriti yang mengalaminya," ujar dia.

Ditambah lagi, lanjut Tiara, biasanya para selebritas tertentu memiliki fans fanatik sehingga tidak jarang ditemui juga komentar-komentar negatif yang ditujukan kepada selebritas tertentu, memperoleh reaksi balasan yang juga negatif yang dapat menyebabkan "perang media sosial".

Di sisi lain, psikolog Meity Arianty STP, MPsi melihat kecenderungan netizen yang mudah untuk menghujat selebritas disebabkan oleh cara pandang yang sepihak atau satu arah, dan hanya didasarkan pada perasaan serta pikiran mereka.

Baca juga: Alasan Penonton Drakor Gampang Baper dengan Drama Selebriti

"Secara umum manusia memang lebih mudah menyalahkan sesuatu yang tidak sesuai dengan dirinya atau (nilai-nilai yang dipegangnya), kadang ini bisa menjadi langkah yang kurang bijak, apalagi jika tidak disertai dengan fakta atau kebenarannya seperti apa," jelas Meity.

Terlebih lagi, menurutnya, jika menyangkut tentang isu perselingkuhan di kalangan selebritas, itu adalah momok yang membuat netizen mudah terprovokasi.

Maka, penting bagi netizen untuk membatasi diri dengan konsumsi kehidupan selebritas agar tidak menjadi masalah lebih lanjut di kemudian hari.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau