Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadwal Makan yang Konsisten Penting untuk Anak, Mengapa?

Kompas.com, 25 September 2024, 15:35 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com – Sebagian orangtua mungkin sering memberikan makan pada anak-anaknya tanpa terjadwal

Ketika anak merengek, misalnya, ada yang mengasumsikan bahwa hal tersebut terjadi karena anak kelaparan. Alhasil, makanan pun diberikan setiap anak merengek.

Padahal, khusus anak berusia 6-12 bulan, memiliki jadwal makan yang konsisten sangat penting.

“Yang terpenting itu menjadwalkan memberikan makan. Harus disiplin,” terang dokter spesialis anak di Klinik Armedika dr. Wanda Gautami, Sp.A, dalam sesi diskusi daring pada Sabtu (21/9/2024).

Baca juga: Cara Nana Mirdad dan Andrew White Biasakan Anak Makan Sayur

Misalnya, ketika anak menangis, orangtua langsung memberinya air susu ibu (ASI), padahal belum jadwalnya. 

Wanda mengatakan, ada baiknya anak tidak diberikan ASI pada pukul 09.00 WIB, jika anak sudah diberi makanan pendamping ASI (MPASI) pada pukul 08.00 WIB. Hal ini dilakukan, untuk melatih perutnya mengenal rasa lapar dan kenyang.

“Perut anak tidak belajar mengenal rasa lapar dan kenyang. Jadi, jadwal makan itu hal yang penting,” kata Wanda.

Seperti apa jadwal makan yang konsisten?

Wanda menjelaskan, tidak ada aturan saklek yang harus diikuti saat membuat jadwal makan yang konsisten untuk si kecil. Orangtua bisa membuatnya berdasarkan kondisi masing-masing anak.

Sebagai contoh, bayi selalu tidur setiap pukul 08.00-10.00 WIB setiap hari. Jadi, ia harus diberi MPASI beberapa jam sebelumnya, misalnya setiap pukul 07.00 WIB.

Baca juga: Jangan Beri MPASI Saat Anak Berusia 4 Bulan, Simak Penjelasannya

Ketika bayi baru bangun, jangan langsung berikan MPASI, tetapi makanan ringan yang teksturnya juga sudah disesuaikan dengan kebutuhan bayi sesuai usianya.

“Supaya dia tidak makan dalam keadaan mengantuk. Siapa yang mau makan, saat anak mengantuk?” tutur Wanda.

Menurut dia, pemberian jenis makanan dan jadwal makan yang kurang pas akan memengaruhi perasaan anak untuk menelan makanan.

“Kadang, kita sebagai orangtua bilang anak enggak mau makan. Padahal, sebenarnya anaknya mengantuk, jadwal makannya enggak pas, teksturnya enggak pas. Jadi, anak enggak mau makan,” tutur dia.

Terkait jadwal pemberian ASI, Wanda menyarankan sekitar dua sampai tiga kali sehari. Namun, jangan memberikan ASI tepat setelah bayi selesai makan.

“Harus ada jadwal pemberian susu. Susu adalah makanan, bukan minuman yang habis kita makan, kita minum susu. Untuk bayi, susu adalah makanan,” ucap dia.

Jika ibu membutuhkan bantuan, ibu bisa konsultasi dengan bidan, konselor laktasi, atau dokter anak terkait penyusunan jadwal makan anak dan pemberian ASI.

Baca juga: Jangan Biasakan Anak Makan Sambil Main Gadget

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau