Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 7 Oktober 2024, 14:08 WIB
Silmi Nurul Utami,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mak comblang adalah sebutan bagi seseorang yang suka menjodohkan orang lain. Istilah ini kerap digunakan dalam percakapan di kehidupan sehari-hari.

Namun, tahukah kamu bahwa mak comblang adalah profesi resmi?

Salah satu orang yang menjalani profesi sebagai mak comblang profesional adalah Rastrianez, S.PSI., M.M., CPC, CM. 

Rastrianez, mak comblang bersertifikasi internasionalinstagram.com/coachanez Rastrianez, mak comblang bersertifikasi internasional

Rastrianez mengantongi titel certified matchmaker atau mak comblang bersertifikat internasional. Ia mempelajari segala hal tentang perjodohan di Matchmaking Institute New York, Ameria Serikat. 

Baca juga:

Menurutnya, menjodohkan orang terasa kurang afdol jika sekadar saling mengenalkan, sehingga ia belajar menjodohkan orang secara profesional hingga ke Negeri Paman Sam.

"Menjodohkan orang kan tanggung jawab seumur hidup, jadi aku belajar di sana (New York) biar ilmunya bisa dipakai di Indonesia," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, Sabtu (5/10/2024). 

Perempuan yang berlatar berlatar belakang human resources atau sumber daya manusia dan psikologi ini melakukannya untuk membantu mencarikan jodoh orang lain. 

Misalnya, orang-orang yang tidak punya cukup waktu tetapi ingin dibantu menyeleksi pasangan potensial.

Tak sekadar mencarikan jodoh, Rastrianez mengatakan dalam prosesnya ia juga membantu para klien  mengenali dirinya sendiri. 

Sebab, ia menemukan ternyata masih banyak orang yang merasa bingung dengan kebutuhan dan keinginannya sendiri dalam suatu hubungan.

"Jadi sekarang aku lagi bikin banyak konten tentang relationship dan punya campaign namanya find yourself, find your soulmate (menemukan diri sendiri, menemukan belahan jiwa)" ungkap Rastrianez.

Baca juga: 5 Pola Pikir Toxic yang Bikin Kamu Sulit Dapat Pacar, Segera Ubah

Sebagai mak comblang bersertifikasi, ia membantu kliennya yang masih merasa bingung tentang jati dirinya dan pasangan yang diinginkannya. 

Tidak hanya melakukan proses matchmaking secara individu, Rastrianez juga sedang mengembangkan suatu komunitas pencarian jodoh yang disebut sebagai Ranum Matchmaking Program. 

"Dalam komunitas itu bukan hanya kita menjodohkan satu sama lain tapi kita juga belajar bareng, kenalan, networking. Nanti kalau cocok mau lanjut pacaran atau apa terserah masng-masing," jelasnya. 

Baca juga: Berapa Lama Waktu PDKT Ideal Sebelum Pacaran? 

Proses matchmaking

Rastrianez juga menjelaskan bahwa dalam proses matchmaking ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, antara lain:

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau