Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TikTok Larang Tagar #SkinnyTok, Bahaya di Balik Konten Tubuh Kurus

Kompas.com, 1 Juli 2025, 11:27 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber NPR

KOMPAS.com - TikTok baru-baru ini melarang tagar #SkinnyTok, setelah regulator Eropa memperingatkan bahwa konten di balik tagar tersebut mendorong citra tubuh yang tak realistis dan penurunan berat badan ekstrem. 

Banyak video dalam tagar tersebut yang menampilkan wanita muda dengan tubuh sangat kurus, berbagi "tips" menurunkan berat badan dengan cara yang sebenarnya berbahaya.

Meski tagarnya sudah hilang, konten semacam ini tetap menyebar dengan wajah baru, kata-kata baru, dan strategi yang makin halus. Mereka masih mengajarkan cara mengurangi kalori secara ekstrem, mengagungkan tubuh super kurus, dan membungkusnya dengan narasi “kesehatan” yang menyesatkan.

Penelitian menunjukkan, paparan konten semacam ini meningkatkan risiko gangguan makan, terutama pada perempuan dan remaja putri. Namun jika menyangkut nutrisi, terkadang sulit membedakan antara pola hidup sehat dan obsesi berbahaya,

Baca juga: Tren Diet Ekstrem #SkinnyTok Viral tapi Berbahaya untuk Remaja

“Banyak konten berada di zona abu-abu,” ujar Brooke Erin Duffy dari Cornell University. “Ketika platform mencoba membatasi, para kreator justru menemukan celah untuk tetap menyebarkannya.”

Meme populer "Apa yang saya makan dalam sehari," misalnya, menampilkan orang-orang yang menunjukkan asupan makanan harian mereka. Banyak isi postingan yang menampilkan diet seimbang atau justru diet yang bisa membuat seseorang mengalami defisit kalori yang berbahaya. 

Seorang wanita muda baru-baru ini memposting video yang menunjukkan hanya satu croissant yang dia makan dalam sehari, sedangkan wanita lain menampilkan keseimbangan protein rendah lemak dan sayuran yang menambahkan hingga 1.800 kalori.

Baca juga: Turun Berat Badan dengan Makan Sekali Sehari, Apakah Efektif?

Melawan pengaruh negatif

Beberapa kreator yang berada di garis depan perjuangan melawan citra tubuh membuat program tandingan mereka sendiri. Atlet dan kreator Kate Glavan dalam konten-kontennya mengajak untuk menganggap serius bahaya konten yang mengagungkan kekurangan gizi. Dia membahas perjuangannya sendiri melawan gangguan makan dalam videonya.

Ilustrasi tubuh langsingUnsplash Ilustrasi tubuh langsing

"Banyak kreator yang secara gamblang mempromosikan anoreksia kepada audiens mereka, itu berbahaya. Itu informasi yang salah," kata Glavan dalam video TikTok baru-baru ini. 

Dia juga menyarankan orang-orang untuk memblokir kreator konten semacam itu.

Penelitian menunjukkan bahwa anoreksia memiliki tingkat kematian tertinggi dari semua gangguan kejiwaan.

Namun, para peneliti yang mempelajari masalah ini mengatakan konten yang positif terhadap tubuh tidak menarik audiens yang sama. 

Baca juga: 10 Tips Makan Sehat Budget Terbatas, Pola Makan Sehat Ramah Kantong

"Gambar negatif yang tidak realistis atau menunjukkan orang yang sangat kurus atau orang yang sangat berotot cenderung memiliki dampak yang lebih bertahan lama daripada konten yang positif terhadap tubuh," kata Amanda Raffoul, yang meneliti gangguan makan dan media sosial di Universitas Toronto.

Di lain pihak, pesan yang menyamakan bahwa kurus identik dengan cantik diperkuat di seluruh masyarakat.

Raffoul menunjuk pada penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi konten yang positif terhadap tubuh di media sosial tidak serta-merta memberikan perlindungan atau menangkal konten yang mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau