Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 28 Februari 2025, 08:16 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com – Dokter spesialis gizi klinik lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK, mengingatkan, menjalani diet ekstrem atau tidak sehat dapat memicu sindrom "Yo-yo".

Sindrom Yo-yo terjadi ketika berat badan mengalami fluktuasi drastis dalam waktu singkat.

Bukannya sehat, kondisi tersebut sebaiknya justru dihindari.

"Misalnya, naik 5 kilogram, lalu turun 5 kilogram dalam waktu kurang dari tiga bulan, dan terjadi sebanyak dua hingga tiga kali. Itu yang disebut sindrom Yo-yo," ujar Mulianah dalam diskusi di Jakarta, Kamis (27/2/2025), seperti dilansir dari Antara.

Baca juga: 10 Makanan Terbaik untuk Makan Malam, Diet Friendly

Dampak sindrom Yo-yo pada tubuh

Mulianah menjelaskan, ketika seseorang mengalami kenaikan berat badan, jumlah lemak dalam tubuh juga bertambah.

Namun, saat berat badan turun kembali, jumlah lemak tidak selalu berkurang, melainkan hanya mengecil ukurannya.

Contohnya, jika seseorang dengan berat badan 60 kilogram memiliki kadar lemak sekitar 20 persen, kemudian berat badannya naik menjadi 80 kilogram, kadar lemaknya pun meningkat, misalnya dari 20 persen menjadi 40 persen.

Baca juga: 30 Camilan Tinggi Protein untuk Diet, dari Kacang hingga Popcorn

Ketika berat badannya kembali ke 60 kilogram, jumlah sel lemak tetap sama, hanya ukurannya yang mengecil.

"Sel lemak bisa mengalami hipertrofi (pembesaran ukuran sel) dan hiperplasia (penambahan jumlah sel). Jika jumlahnya bertambah, itu yang berbahaya dalam sindrom Yo-yo," katanya.

Lemak tubuh yang berlebih dapat menyebar ke berbagai organ, termasuk liver dan pankreas, yang dikenal sebagai lemak visceral atau lemak perut.

Lemak ini bukan hanya berada di bawah kulit, tetapi juga menyelimuti organ dalam.

Jika tidak terkontrol, kondisi ini bisa berisiko bagi kesehatan.

"Semakin sering mengalami Yo-yo, semakin sulit menurunkan lemak di dalam tubuh. Bukan hanya menumpuk lemak, tetapi juga meningkatkan risiko gangguan metabolisme," ujar Mulianah.

Lebih lanjut, dr. Mulianah menambahkan bahwa sindrom Yo-yo dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

"Pasien yang mengalami Yo-yo atau memiliki penumpukan lemak berlebih akibat hipertrofi dan hiperplasia sel lemak, berisiko 1,5 kali lebih tinggi terkena penyakit jantung dibandingkan mereka yang tidak mengalami Yo-yo," ujarnya.

Baca juga: Cerita Diet Hasan, Berhasil Turun Berat Badan 16 Kg dengan Metode Diet SMART

Untuk menghindari sindrom Yo-yo, dr. Mulianah menyarankan agar diet dilakukan dengan cara yang sehat dan berkelanjutan, bukan dengan metode ekstrem yang berisiko bagi kesehatan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau