Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Risiko Sering Curhat ke AI? Ini Penjelasan Psikolog

Kompas.com, 11 Agustus 2025, 12:00 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

KOMPAS.com - Belakangan ini, banyak remaja merasa lebih nyaman curhat ke AI atau chatbot dibandingkan ke orangtua atau teman.

Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Firesta Farizal, M.Psi., fenomena ini terjadi karena beberapa faktor, mulai dari akses mudah hingga rasa aman yang dirasakan remaja saat berbicara dengan AI.

"Remaja sekarang pasti punya handphone, sehingga akses untuk chat AI lebih mudah. Mungkin malah lebih sulit mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat, seperti orangtua, keluarga, atau teman," ujar Firesta saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/8/2025).

AI dinilai cepat, praktis, dan tidak menghakimi.

"Respon AI diprogram untuk menyesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, sehingga mereka merasa didengarkan, dapat solusi instan, aman, rahasianya terjaga, dan tidak dinilai negatif," tambahnya.

Baca juga: Remaja Lebih Nyaman Curhat ke AI, Ini Peran Orangtua Menurut Psikolog

Remaja makin nyaman curhat ke chatbot karena merasa aman dan tak dihakimi. Psikolog ingatkan, peran orangtua tetap penting dan tak tergantikan.
freepik Remaja makin nyaman curhat ke chatbot karena merasa aman dan tak dihakimi. Psikolog ingatkan, peran orangtua tetap penting dan tak tergantikan.

Risiko sering curhat ke AI

Meski begitu, Firesta menegaskan bahwa AI hanyalah robot.

Ketergantungan berlebihan justru bisa membuat remaja semakin tertutup dari dunia nyata.

"Semakin sering chat sama AI, pada akhirnya justru semakin tertutup. Mereka lebih sering ngobrol sama AI daripada orang di sekitarnya, jadi merasa sendirian, bahkan kesepian," jelasnya.

Baca juga: Remaja Lebih Nyaman Curhat ke Chatbot AI, Psikolog Ungkap Dampaknya

Peran orangtua tetap penting

Fenomena ini bukan berarti peran orangtua berkurang. Firesta menekankan bahwa hubungan yang baik dengan anak harus dibangun sejak kecil, bahkan sejak lahir.

"Harapannya, anak-anak tetap bisa curhat ke orang-orang nyata di sekitarnya, terutama orangtua," ujarnya.

Menurut Firesta, orangtua perlu hadir bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional.

"Dengarkan anak, tahan diri untuk tidak buru-buru memberikan judgment. Berusaha melihat dari sudut pandang anak, lalu berikan dukungan sebelum memberi pandangan sebagai orangtua," kata Firesta.

Baca juga: Mengapa Remaja Suka Curhat ke AI? Ini Kata Psikolog

Remaja kini lebih nyaman curhat ke chatbot daripada ke orang tua. Psikolog ungkap alasan dan dampaknya bagi kesehatan mental  terlalu bergantung AI.freepik Remaja kini lebih nyaman curhat ke chatbot daripada ke orang tua. Psikolog ungkap alasan dan dampaknya bagi kesehatan mental terlalu bergantung AI.

Mendampingi remaja yang sering curhat ke AI

Firesta mengingatkan, penggunaan AI sebagai media curhat bisa berisiko, apalagi jika tidak diawasi dengan tepat.

Karena itu, penting ada aturan dan diskusi bersama anak tentang kapan dan bagaimana menggunakan chatbot.

"Kalau menemukan anak sering chat sama AI, coba ngobrol dulu. Cari tahu apa yang diobrolkan, apa yang dibutuhkan anak. Lalu bahas bersama batasan penggunaan AI yang aman," sarannya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau