Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Jebakan dalam Mengasuh Anak yang Sering Tak Disadari Orangtua

Kompas.com, 6 September 2025, 21:30 WIB
Rafa Aulia Febriani ,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Mengasuh anak memang penuh dinamika. Meski telah memiliki pengetahuan dan pengalaman, tetap saja banyak orangtua merasa kewalahan.

Kadang, di sela rutinitas sehari-hari, orangtua bisa saja jatuh ke dalam pola pengasuhan yang tidak sehat tanpa mereka sadari.

Oleh sebab itu, orangtua perlu lebih waspada pada “jebakan” pengasuhan.

Baca juga: Panda Parenting, Gaya Pengasuhan yang Dorong Anak Lebih Mandiri

3 Jebakan dalam Mengasuh Anak

Melansir Child Mind Institute, menurut psikolog klinis Dr. Matthew H. Rouse, PhD, setidaknya ada tiga pola umum yang kerap "menjebak" orangtua dalam proses pengasuhan.

1. Jebakan memuncak

Situasi ini sering dialami sehari-hari. Contohnya, ketika anak merengek ingin jajan cokelat sebelum makan malam.

Orangtua menolak, tapi rengekan berubah jadi tangisan atau amukan hingga akhirnya orangtua menyerah demi ketenangan.

Anak pun belajar, bahwa cara mendapatkan keinginannya adalah dengan merengek semakin menjadi-jadi.

Hal yang sama bisa terjadi sebaliknya. Ada anak yang baru mau merespons ketika orangtua menaikkan nada suara. Misalnya, saat diminta berhenti menonton TV dan masuk ke meja makan.

Baca juga: 6 Kalimat Ajaib yang Bikin Anak Mau Mendengarkan Orangtua Menurut Pakar Parenting

Di awal mungkin mereka diam saja, baru bergerak setelah orangtua marah atau berteriak. Pola ini membuat anak berpikir bahwa instruksi orangtua tidak serius sampai keluar dengan nada tinggi.

Menurut Rouse, cara menghindarinya adalah tetap tenang dan konsisten. Orangtua disarankan untuk tidak mudah berubah pikiran karena rengekan atau amarah.

Sebaliknya, berikan konsekuensi yang jelas bila anak tidak menuruti permintaan, lalu jangan lupa memberi pujian saat anak akhirnya bersikap tenang atau menuruti dengan baik.

2. Jebakan “Ini sedang masanya”

Banyak orangtua cenderung mengabaikan perilaku sulit anak dengan alasan “ini sedang masanya”. Biasanya orangtua akan mengeluarkan kalimat andalannya, " Namanya juga anak-anak."

Misalnya, saat balita mendorong atau memukul temannya. Harapannya, perilaku itu akan hilang seiring waktu.

Baca juga: 5 Bekal Dasar Parenting Masa Kini, Termasuk Siap Kompromi

"Padahal, cara orangtua merespons justru sangat berpengaruh," tegas Rouse.

Jika perilaku agresif dibiarkan, anak bisa menganggap itu hal yang wajar atau bahkan sebagai cara efektif untuk menarik perhatian.

Untuk mencegahnya, orangtua perlu tegas menetapkan batas. Setiap perilaku yang tidak pantas sebaiknya segera ditanggapi, bukan diabaikan.

Di sisi lain, anak juga butuh banyak pujian ketika mereka berperilaku baik. Dengan begitu, anak belajar mana yang diterima dan mana yang tidak.

3. Jebakan “kamu melakukan ini dengan sengaja”

Ini terjadi ketika orangtua menganggap anak berbuat salah untuk sengaja membuat kesal. Misalnya, anak diminta bersiap pergi ke rumah nenek, tapi sepuluh menit kemudian mereka masih asyik bermain.

Baca juga: Awas, Gaya Parenting VOC Bisa Berdampak Buruk pada Mental Anak

Orangtua bisa saja berkata, “Kamu tahu ini penting, tapi kamu enggak melakukannya. Kamu sengaja bikin mama kesal.”

Kata Rouse, sikap seperti ini bisa berbahaya. Pasalnya, anak-anak sebenarnya belum sepenuhnya memiliki kontrol diri atau strategi mengatasi emosi.

Banyak perilaku mereka muncul bukan karena niat buruk, melainkan karena kebingungan, kecemasan, atau sekadar kesalahan biasa.

Orangtua sebaiknya menghapus sifat “manipulatif” pada anak. Mengamuk, misalnya, lebih sering adalah reaksi spontan ketimbang rencana untuk mengganggu.

Dengan memahami hal ini, orangtua bisa lebih tenang dan mencari cara mendukung anak menghadapi situasi sulit.

Baca juga: Psikolog Ungkap Kelebihan dan Kekurangan Parenting VOC

Menerapkan konsistensi demi hubungan yang lebih baik

Ketiga jebakan ini umum terjadi, bahkan pada orangtua penuh kasih sayang. Kuncinya ada pada kesadaran dan konsistensi.

Menghindari emosi memuncak, tidak meremehkan perilaku buruk dengan alasan “sedang masanya”, serta tidak menganggap anak sengaja berbuat salah, bisa membantu menciptakan pola pengasuhan yang lebih sehat.

Baca juga: Parenting VOC Bikin Anak Merasa Jauh dari Orangtua, Ini Kata Psikolog

Meskipun melelahkan, usaha untuk konsisten dan sabar akan menjadi investasi besar. Anak tidak hanya belajar menghormati aturan, tetapi juga merasa aman karena tahu orangtuanya merespons dengan tenang dan penuh dukungan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?
88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?
Wellness
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau