“Korban berisiko mengalami gangguan kecemasan sosial, depresi, dan bahkan trauma jangka panjang yang dapat mempengaruhi kualitas hubungan sosial mereka dan merasa tidak aman lagi di ruang digital,” katanya.
Trauma ini bisa muncul dalam bentuk ketakutan untuk berinteraksi secara online, kesulitan mempercayai orang lain, hingga kehilangan rasa aman terhadap teknologi yang sebenarnya netral.
Dalam kondisi ekstrem, korban bahkan bisa mengalami stres berat yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Salah satu dampak paling berat yang dialami korban adalah rasa tidak berdaya. Sekali video beredar di dunia maya, sulit bagi korban untuk mengontrol atau menghentikan penyebarannya.
“Dampak ini juga memperburuk rasa ketidakberdayaan, karena korban merasa kesulitan untuk mengontrol atau menghentikan penyebaran konten tersebut, akhirnya semakin cemas dan stres,” tutur Meity.
Situasi ini membuat korban merasa seolah kehilangan kendali atas tubuh dan citranya sendiri, yang berujung pada perasaan tertekan secara emosional.
Baca juga: Anak Jadi Korban Pelecehan di Lingkungan Sekolah, Orangtua Harus Apa?
Untuk mencegah kasus serupa, Meity menekankan pentingnya edukasi digital bagi semua pihak, mulai dari orangtua, guru, hingga masyarakat umum.
“Sebagai langkah pencegahan, penting bagi orangtua, pendidik, dan pihak terkait untuk memberikan edukasi mengenai bahaya penyalahgunaan teknologi serta pentingnya privasi dan batasan di dunia digital,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam membagikan data pribadi di ruang digital.
“Jangan mudah membagikan informasi pribadi di ranah publik seperti foto, KTP, atau tanggal lahir,” tambahnya.
Langkah kecil seperti itu dapat mengurangi risiko penyalahgunaan data untuk kepentingan yang merugikan.
Kasus video editan tak senonoh di Semarang menjadi contoh nyata bahwa kemajuan teknologi tidak selalu sejalan dengan kematangan moral penggunanya.
Penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab dapat melukai orang lain secara mendalam, bahkan tanpa kontak fisik.
Meningkatkan kesadaran digital, memperkuat literasi etika online, dan membangun empati dalam penggunaan teknologi adalah langkah penting untuk memastikan AI digunakan secara bijak, bukan untuk merusak kehidupan orang lain.
Baca juga: Kasus Pelecehan Siswa di Depok, Apa yang Harus Dilakukan Korban untuk Pulih?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang