“Momen kritis yang kedua adalah saat manusia berpikir. Di sini teman-teman sibuk sendiri, terlibat dengan targetnya sendiri, dan tekanan keluarga, 'apa kamu lulus, kamu sudah menghasilkan uang banyak', dan sebagainya,” kata Ratna.
Ia menambahkan bahwa kualitas hubungan sosial di era digital semakin menurun.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Fenomena Kesepian di Era Modern Menurut Sosiolog
“Kita bisa punya banyak teman, bisa mengikuti ataupun punya follower (pengikut) ratusan, ribuan, dan seterusnya. Tetapi, sangat sedikit yang benar-benar dekat,” ujarnya.
Momen ketiga yang sering memicu kesepian adalah saat mahasiswa harus kuliah sambil bekerja atau menjalani rutinitas yang sangat padat.
“Yang ketiga adalah saat memang beban studi, atau kalau memang sudah bekerja ya, kuliah sambil bekerja. Ini sudah banyak banget yang mengalami,” tuturnya.
Kesibukan yang tinggi membuat waktu untuk berinteraksi semakin berkurang. Hubungan sosial menjadi sedikit dan ruang sosial yang nyaman pun makin sempit.
“Jadi di kota, tempat nongkrong memang mudah ditemukan. Tetapi ruang yang membuat kita aman, nyaman, berbagi, bisa ngobrol dengan tanpa takut, itu sangat jarang,” ujarnya.
Baca juga: Psikolog Sebut 5 Cara Menghilangkan Rasa Kesepian dan Stres Saat Merantau
Rasa kesepian bukan sekadar perasaan sesaat. Data yang diolah tim Kompas menunjukkan adanya korelasi kuat antara kesepian dan gangguan fisik maupun mental, seperti hipertensi, depresi, stroke, bahkan keinginan bunuh diri.
“Kalau kesepian yang dibiarkan, risiko untuk mendapatkan penyakit tersebut juga meningkat,” kata Ratna.
Bahkan, World Health Organization (WHO) telah menetapkan kesepian sebagai ancaman kesehatan global sejak 2023. Data terbaru menunjukkan, satu dari enam orang di dunia mengalami kesepian, dan kondisi ini berkontribusi pada lebih dari 870 ribu kematian setiap tahun.
Baca juga: Jasa Teman Jalan, Psikolog Jelaskan Kaitannya dengan Kesepian Urban
Di Indonesia sendiri, Yogyakarta tercatat memiliki skor kesepian tertinggi di antara 30 kota besar.
Menurut Ratna, hal ini banyak dipengaruhi oleh banyaknya rumah tangga yang hanya berisi satu orang, pasangan yang tinggal berjauhan, dan mahasiswa yang merantau untuk kuliah.
Kesepian memang bisa dialami siapa pun, di mana pun, dan pada usia berapa pun. Karena itu, penting bagi mahasiswa maupun remaja untuk mengenali momen-momen kritis dalam hidupnya, agar bisa mencari kembali ruang sosial yang sehat.
Sebab, di balik kesibukan dan keramaian hidup di era modern ini, setiap orang tetap butuh tempat pulang yang hangat.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang