Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Momen Kritis yang Bikin Mahasiswa Diam-diam Merasa Kesepian, Apa Saja?

Kompas.com, 18 Oktober 2025, 21:50 WIB
Rafa Aulia Febriani ,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rasa kesepian ternyata bukan hanya dialami oleh lansia. Di tengah keriuhan dunia kampus dan rutinitas yang padat, banyak mahasiswa dan remaja justru diam-diam bergulat dengan rasa sepi.

Kondisi ini kerap muncul bukan karena tidak punya teman, tetapi karena kehilangan “rasa terhubung” dengan orang lain.

Fenomena ini menjadi salah satu temuan menarik dalam riset yang diolah tim Harian Kompas dan dipaparkan oleh Ratna Sri Widyastuti, wartawan desk investigasi dan jurnalisme data, dalam acara Festival Kata 2025 Kompas.id, di Jakarta, Jumat (17/10/2025).

Baca juga: Merasa Kesepian di Keramaian? Ini Tanda Perlu Bantuan Profesional

Ratna menjelaskan, ada tiga momen kritis yang paling sering membuat mahasiswa dan remaja merasa kesepian.

Tiga fase ini muncul berdasarkan hasil analisis data, cerita, serta diskusi yang ditemukan dari para responden muda di berbagai kota.

“Pertama adalah masa transisi, ketika mereka pindah kota dan memulai kuliah. Kedua, ketika masuk masa berpikir serius soal masa depan, mulai bekerja, atau menghadapi tekanan keluarga. Ketiga, beban studi, kuliah sambil bekerja," ujar Ratna.

Lebih lanjut, berikut penjelasan Ratna tentang tiga momen kritis mahasiswa saat merasa kesepian.

3 momen kritis mahasiswa saat merasa kesepian

1. Masa transisi, saat semua hal terasa baru

Ratna Sri Widyastuti, Wartawan desk investigasi dan jurnalisme data Harian Kompas, dalam acar Festival Kata 2025, di Jakarta, Jumat (17/10/2025). KOMPAS.com/RAFA AULIA FEBRIANI Ratna Sri Widyastuti, Wartawan desk investigasi dan jurnalisme data Harian Kompas, dalam acar Festival Kata 2025, di Jakarta, Jumat (17/10/2025).

Momen pertama yang paling sering membuat mahasiswa merasa kesepian adalah masa transisi, ketika mereka pindah kota dan memulai kuliah.

“Pertama adalah masa transisi ketika mereka pindah kota, awal kuliah,” ucapnya.

Banyak mahasiswa yang merantau, jauh dari keluarga, belum punya teman dekat, dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Situasi ini membuat mereka seperti kehilangan “tempat berpulang”.

“Tempat dia berpulang atau tempat merasa rumah itu sudah terpisah. Jadi, rasa aman itu sempat hilang,” tambahnya.

Baca juga: Cara agar Tidak Kesepian Saat Merantau, Psikolog Sarankan Ikut Komunitas

Perasaan tersebut muncul karena ikatan sosial melemah, sementara hubungan baru belum terbentuk. Akibatnya, meski berada di tengah keramaian kampus, rasa hampa bisa tetap terasa.

2. Tekanan studi dan ekspektasi sosial

Berikut tiga momen kritis saat mahasiswa atau remaja merasa kesepian. Pexels/Energepic Berikut tiga momen kritis saat mahasiswa atau remaja merasa kesepian.

Momen kritis kedua adalah ketika mahasiswa mulai masuk fase penuh tekanan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau