Secara personal, seseorang dengan sifat nirempati bisa merasa kesepian karena relasi sosial yang kurang bagus.
Mereka merasa bahwa orang lain berbeda dengan dirinya, dan mempertanyakan mengapa orang lain bisa berpikiran seperti itu, alias berempati terhadap orang lain atau suatu kondisi.
Baca juga:
Kemudian adalah perilaku yang menyimpang. Karena sifatnya yang nirempati, orang-orang ini berkemungkinan melakukan sesuatu yang secara hukum masuk akal untuk tidak dilakukan, tetapi menurut mereka tidak masuk akal.
“Contoh paling gampang adalah, ‘Kenapa kita enggak boleh bully? Emang apa sih rasanya di-bully? Kan begini aja mah bukan pem-bully-an kali?’,” tutur Clement.
Pada orang-orang yang nirempati, agak susah bagi mereka untuk mengambil perspektif dari sisi yang berbeda atau lebih luas tentang dampak dari perilaku mereka.
Sebab, mereka sulit menginterpretasikan tanda-tanda sosial atau tanda-tanda lainnya. Meskipun bisa, ada norma sosial yang mereka pegang teguh sehingga sulit untuk terbuka dengan perspektif baru.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang