Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Curhat ke Chatbot AI, Waspadai Risiko Ketergantungan Emosional

Kompas.com, 25 Oktober 2025, 16:45 WIB
Devi Pattricia,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Di era serba digital, berbicara dengan chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) kini bukan hal asing lagi. Semua hal bisa kita curahkan, mulai dari mencari solusi hidup, mengutarakan keluh kesah, hingga hanya ingin merasa didengarkan.

Namun, psikolog Irma Gustiana mengingatkan, ada bahaya tersembunyi di balik kebiasaan ini, terutama ketika seseorang mulai terlalu bergantung pada chatbot AI hingga mengabaikan interaksi nyata dengan manusia.

“Boleh pakai AI, tapi dijaga supaya jangan terlibat terlalu jauh sampai buat kecanduan dan apa pun kebutuhannya langsung minta dipenuhi dengan AI,” ujar Irma dalam acara Media Gathering #TenangBersamaBlueBird, di Jakarta Selatan, belum lama ini.

Baca juga: Apa Risiko Sering Curhat ke AI? Ini Penjelasan Psikolog

Chatbot AI dianggap teman yang selalu mengerti

Menurut Irma, fenomena orang yang menjadikan chatbot AI sebagai tempat curhat kini semakin umum. Banyak pengguna bahkan beralih ke aplikasi AI yang bisa diprogram untuk berperilaku seperti pasangan ideal.

“Banyak orang yang beralih ke AI bahkan menggunakan aplikasi yang menciptakan kriteria pacar AI sesuai imajinasinya. Mereka merasa keinginannya bisa terjawab dengan AI,” katanya.

Kenyamanan ini muncul karena AI mampu merespons dengan bahasa empatik dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai keinginan pengguna.

“Perasaan dimengerti dan mendapatkan apa yang diinginkan itu membuat banyak orang lebih nyaman curhat atau bahkan ada yang pacaran dengan AI,” lanjut Irma.

Namun di sisi lain, hubungan seperti ini bersifat semu. Chatbot tidak benar-benar memahami emosi manusia, melainkan hanya menanggapi berdasarkan prompting atau perintah teks yang diberikan oleh pengguna sendiri.

Baca juga: Remaja Lebih Nyaman Curhat ke AI, Ini Peran Orangtua Menurut Psikolog

Ilustrasi menulis jurnal.FREEPIK Ilustrasi menulis jurnal.

Risiko ketergantungan dan kehilangan koneksi sosial

Irma menilai, ketergantungan terhadap chatbot AI dapat membuat seseorang kehilangan koneksi sosial dengan lingkungan nyata.

“Hal ini membuat seseorang ketergantungan sangat tinggi dan tidak bisa hidup di dunia nyata, karena merasa direspons dengan sesuatu yang ia inginkan. Padahal hasilnya juga datang dari prompting yang pengguna itu tulis sendiri,” ujarnya.

Baca juga: Berani Curhat Saat Stres Tanda Kamu Punya Mental Sehat Menurut Psikolog

Ketika seseorang terlalu nyaman dengan dunia virtual, kemampuan berinteraksi dan berempati dengan orang lain bisa menurun.

Lama-kelamaan, individu bisa kesulitan menjalin hubungan sosial yang sehat karena terbiasa mendapatkan respons sempurna dari AI.

Kondisi ini berisiko memunculkan perasaan terisolasi dan kesulitan menghadapi realitas sosial yang dinamis dan tidak selalu sesuai harapan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau