Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Cara Membangun Pernikahan Sehat agar Tak Terjebak Nostalgia Pacaran

Kompas.com, 10 November 2025, 15:35 WIB
Devi Pattricia,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com –  Pernah secara tidak sadar membandingkan kehidupan pernikahan dengan masa pacaran? Saat pacaran, segalanya terasa ringan dan hangat, sedangkan setelah menikah muncul tanggung jawab dan rutinitas yang berbeda.

Menurut Psikolog Klinis Maria Fionna Callista, perbandingan tersebut sering membuat pasangan sulit menikmati fase baru dalam hubungan. 

Baca juga:

Padahal cinta setelah menikah bisa tetap hangat dan bermakna, asal keduanya mau beradaptasi dan terus membangun hubungan yang sehat.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membangun pernikahan sehat agar harmonis, tanpa terjebak pada nostalgia masa pacaran.

Cara membangun pernikahan sehat 

1. Bangun komunikasi yang terbuka dan empati

Psikolog Maria Fionna Callista menjelaskan cara agar pernikahan tetap harmonis tanpa terus membandingkan dengan masa pacaran.dok. Shutterstock/Dragon Images Psikolog Maria Fionna Callista menjelaskan cara agar pernikahan tetap harmonis tanpa terus membandingkan dengan masa pacaran.

Fionna menekankan, komunikasi adalah fondasi utama hubungan yang sehat, terutama setelah menikah. 

Komunikasi terbuka bukan hanya membicarakan perasaan, tapi juga hal-hal yang lebih mendalam dalam kehidupan bersama.

“Komunikasi yang terbuka dan empatik, bukan hanya soal perasaan saja, tapi pembahasannya jauh lebih dalam,” kata Fionna saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/11/2025).

Ia menilai, pasangan perlu berdiskusi mengenai harapan masing-masing, pembagian peran setelah menikah, dan batasan pribadi yang perlu dihormati.

“Misalnya apa harapan tiap individu di pasangan, pembagian perannya ketika menikah akan seperti apa, dan bagaimana batasan pribadinya,” lanjutnya.

Dengan komunikasi yang jujur dan terbuka, pasangan dapat mencegah kesalahpahaman dan menjaga hubungan tetap saling menghargai.

Baca juga:

2. Bawa hal positif dari masa pacaran ke pernikahan

Psikolog Maria Fionna Callista menjelaskan cara agar pernikahan tetap harmonis tanpa terus membandingkan dengan masa pacaran.Dok. Freepik/Freepik Psikolog Maria Fionna Callista menjelaskan cara agar pernikahan tetap harmonis tanpa terus membandingkan dengan masa pacaran.

Masa pacaran sering kali penuh tawa dan keintiman emosional yang kuat. Fionna menyarankan agar pasangan tidak melupakan hal-hal baik dari masa itu, lalu membawanya ke dalam kehidupan pernikahan.

“Ada beberapa hal baik yang bisa dibawa dari pacaran ke pernikahan. Misalnya keterbukaan satu sama lain, koleksi emosi, dan lainnya,” ujarnya.

Meski menikah membawa tanggung jawab yang lebih berat, bukan berarti hubungan harus kehilangan sisi menyenangkannya.

“Memang menikah itu tanggung jawabnya berat, tapi boleh kita melihatnya dari sudut pandang berbeda. Misalnya merawat humor satu sama lain agar hubungannya tetap hangat,” kata Fionna.

Dengan menjaga humor dan kebersamaan, pasangan bisa tetap merasa dekat secara emosional dan tidak mudah membandingkan pernikahan dengan masa lalu.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau