Perubahan pemahaman itu kemudian Sakanti visualisasikan dalam karya ilustrasi berlapis yang menggambarkan beberapa fase perempuan.
Fase pertama menggambarkan masa kecil, ketika tokoh perempuan belum memahami bagaimana merawat diri.
“Ceweknya tuh ada yang dari kecil, yang dia bingung, berantakan. Dia tuh bingung cara merawat dirinya sendiri,” lanjutnya.
Fase berikutnya menampilkan anak kecil yang mulai tertarik berdandan, yang ternyata pernah menjadi pengalaman pribadi Sakanti.
“Terus ada fase dimana anak kecil lagi suka dandan-dandan. Itu aku juga pernah mengalaminya,” jelasnya.
Perjalanan itu berlanjut ke fase dewasa, yang mana tokoh perempuan dewasa ditampilkan mendampingi versi remajanya.
“Itu dari si cewek teenagers itu sampai cewek yang dewasa. Dan itu kan si cewek dewasa sama yang anaknya itu kan merawat yang teenagers,” jelasnya.
Visual tersebut digunakan untuk menggambarkan maksud dari pendampingan diri dan proses menerima versi diri yang berbeda dari waktu ke waktu.
Sakanti juga menyoroti peran figur perempuan lain dalam proses tersebut.
“Karena mau gimana pun juga mungkin kalau cewek dan kita punya figur ibu, maupun itu ibu kita, nenek kita, tante kita kan biasanya ngajarin sesama perempuan,” ujarnya.
Bagian ini menempatkan perjalanan womanhood bukan hanya sebagai proses individual, tetapi juga sebagai proses yang dipengaruhi nilai-nilai yang diturunkan antarperempuan.
Baca juga: