“Jadi di awal, biasa embroidery-nya flat. Setelah flat, kita bikin lagi embroidery di kain lain, untuk di-cut, lalu ditempel ulang, diisi pakai padding. Jadi makanya bunganya bisa seperti keluar, semuanya kain,” terangnya.
Dengan metode ini, motif wayang dan ornamen Indonesia tidak sekadar dicetak atau ditempel, melainkan benar-benar dibangun melalui lapisan tekstil, menonjol sebagai detail couture.
Baca juga: Adrian Gan Merangkum Perjalanan 40 Tahun di dunia Fashion Lewat Koleksi Seance
Adrian mengakui bahwa salah satu ciri khasnya sejak lama adalah menggabungkan berbagai elemen dalam satu rangkaian visual.
Dalam koleksi perayaan kali ini, penggabungan itu terlihat jelas antara nuansa Victorian, Gotik, surealisme, dan motif Indonesia yang menjadi satu rangkaian estetika.
Terdapat bagian yang menggambarkan era Victorian dengan sentuhan Gotik. Kemudian, dilanjutkan dengan penampilan surealisme yang digabungkan dengan elemen budaya Nusantara.
Dengan pendekatan ini, Adrian tidak sekadar membawa motif Indonesia ke runway. Ia menata ulang bentuk-bentuk yang familiar itu, lalu memberi mereka konteks baru yang lebih eksperimental, lebih bebas, dan lebih kontemporer.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang