Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Wayang dan Batik dengan Sentuhan Surealisme di Busana Couture

Kompas.com, 4 Desember 2025, 11:33 WIB
Aliyah Shifa Rifai,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam perayaan empat puluh tahun berkaryanya, Adrian membagi koleksinya menjadi beberapa bagian, salah satunya yang terinspirasi dari surealisme dan budaya Indonesia.

Unsur budaya Indonesia seperti wayang, batik, dan keris biasanya tampil dalam bentuk yang tradisional. Namun di tangan Adrian Gan, elemen-elemen budaya itu tampil dalam bentuk baru. 

Ia mengolahnya menjadi visual surealisme yang tidak hanya segar, tetapi juga memperlihatkan bagaimana estetika Nusantara dapat berdialog dengan tren mode masa kini.

“Makanya kalau yang surrealism itu, saya lebih ke motif. Dan motif-motifnya di situ, kalau dilihat ada batik, ada wayang, ada keris, tapi dibikin yang surrealism jadi irregular,” katanya usai pagelaran 40th Year Adrian Gan Couture Fashion Presentation di Hotel Mulia Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (2/12/2025).

Baca juga: Adrian Gan Hidupkan Kain Ratusan Tahun Jadi Detail Busana Couture Berkelas

Mengolah unsur budaya Indonesia dengan visual baru

Pada koleksi ini, Adrian tidak hanya menampilkan wayang, batik, atau keris dalam bentuk tradisionalnya. Elemen-elemen tersebut ia olah dengan pendekatan surealisme, mengikuti tren visual yang tengah berkembang.

“Sekarang lagi trennya surrealism, kita plesetin gambar-gambarnya,” ujar Adrian.

Dari proses tersebut, bentuk wayang, ukiran keris, hingga pola batik tampil dalam versi yang berbeda dari tampilan biasanya. Adrian tidak hanya mempertahankan identitas budayanya, tetapi juga memberi ruang bagi interpretasi baru yang lebih eksperimental.

Baca juga: Dari Tenun hingga Perhiasan, Begini 5 Cara Mudah Merawat Warisan Budaya Nusantara

Desain mata, inspirasi dari pewayangan

Elemen wayang menjadi salah satu fokus yang menonjol. Namun, Adrian tidak menampilkannya seperti bentuk wayang klasik.

Ia menciptakan bentuk wajah dan tubuh yang lebih bebas, tetapi tetap membawa unsur pewayangan.

“Sebetulnya, kalau di pewayangan, mata itu macam-macam. Mata yang sedih, mata yang apa,” kata Adrian.

Namun Adrian memilih untuk menghadirkan bentuk mata yang lebih bulat dibandingkan versi wayang klasik.

“Tapi matanya kita kan berbeda, sedikit lebih bulat. Tangannya juga bukan seperti tangan surrealism biasa. Tapi tangannya lebih kayak wayang punya tangan,” lanjutnya.

Ia menekankan bahwa beberapa elemen memang memiliki filosofi dalam dunia pewayangan, tetapi ia tidak fokus pada makna spesifiknya. Yang ia lakukan adalah meminjam bentuk tersebut dan memadukannya dengan ide serta interpretasi kreatifnya.

Baca juga: Perjalanan Kreatif Adrian Gan, dari Ready to Wear ke Tantangan Couture

Koleksi Adrian Gan dalam pagelaran busana 40th Year Adrian Gan Couture Fashion Presentation di Hotel Mulia Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (2/12/2025).The leonardi Koleksi Adrian Gan dalam pagelaran busana 40th Year Adrian Gan Couture Fashion Presentation di Hotel Mulia Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (2/12/2025).

Teknik sulam tiga tahap yang membuat motif tampak lebih timbul

Interpretasi motif Indonesia dalam koleksi ini bukan hanya soal konsep, tetapi juga soal craftmanship. Untuk menciptakan efek tiga dimensi yang seolah keluar dari permukaan busana, Adrian menggunakan tiga teknik sulam berlapis.

Metode tersebut membuat motif tidak hanya terlihat sebagai permukaan datar, tetapi juga memiliki kedalaman visual yang membentuk karakter khas pada busananya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau