Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latihan Otot Bikin Jeans Muat Lagi, Ini Cara Komang Kecilkan Pinggang 7 Cm

Kompas.com, 6 Desember 2025, 19:35 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com – Banyak orang merasa frustasi ketika celana favorit tiba-tiba tak lagi muat.

Begitu pula yang dialami Komang Tri Santi (36), ibu rumah tangga asal Jakarta, yang menyadari lingkar pinggangnya semakin bertambah setelah bertahun-tahun tak aktif berolahraga.

Keinginan sederhana untuk kembali memakai jeans favorit mendorongnya memulai latihan otot secara konsisten.

"Celana jeans udah nggak bisa dikancingin lagi dan tiap ngaca tuh rasanya nggak puas sama badan sendiri," ujar Komang kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Ia menyebut, selama delapan bulan, Komang berhasil mengecilkan lingkar pinggangnya hingga 7 sentimeter dengan cara sehat, tanpa diet ekstrem.

Baca juga: Mengenal Mindfulness dalam Diet, Ini Penjelasan Nutrisionis

Cerita Komang latihan otot untuk mengecilkan pinggang

Komang mengaku sempat empat tahun tidak menyentuh fasilitas gym di kompleks rumahnya.

Dari yang awalnya hanya ingin bergerak, Komang mulai menikmati latihan otot (strength training).

Mengutip Healthline, latihan otot adalah bentuk latihan kekuatan yang membantu membangun massa otot, meningkatkan metabolisme, hingga memperkuat tulang dan sendi.

Latihan ini bisa dilakukan dengan barbell, dumbbell, kettlebell, maupun resistance band.

"Awalnya sebenernya iseng aja pas bulan Maret kemarin akhirnya pengen nyobain fasilitas itu, sayang kan udah bayar iuran pemeliharaan bulanan tapi ga pernah dipakai fasilitasnya. Ehhh ternyata malah keterusan dan jadi pengunjung rutin gym," ungkap Komang.

"Dulu sebelum pandemi memang aku rajin gym juga jadi untuk gerakan/form sebenarnya sudah cukup paham, tapi semenjak pandemi sampai maret 2025 kemaren sudah nggak pernah exercise lagi," tambahnya.

Ia mengikuti program dasar yang melibatkan gerakan compound, seperti squat, deadlift, dan hip thrust, yang efektif menargetkan otot besar pada tubuh.

Baca juga: Jangan Pilih Fad Diet jika Ingin Penurunan Berat Badan Jangka Panjang

Pola makan tetap normal, hanya lebih teratur

Berbeda dari diet ketat yang membuat tubuh cepat lelah, Komang memilih pendekatan realistis: makan normal tapi lebih terjadwal.

"Aku mulai mengurangi makanan UPF, cut sugar, menambah porsi protein. Sayangnya aku small eater jadi kecukupan protein harianku masih sangat kurang. Jujur buatku kalau dibanding exercise, mengatur pola makan ini jauh lebih susah," kata Komang.

Ia menekankan pentingnya protein untuk membantu pemulihan otot setelah latihan.

Baca juga: Pengalaman Diet Turun 17 Kg Dewi Niki, Hadapi Craving dengan Realistis

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau