Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Tidak semua hubungan dengan orangtua berjalan hangat dan suportif.
Dalam beberapa kasus, perilaku seorang ayah dapat berubah menjadi toxic, terutama jika pola tersebut berlangsung lama dan membuat anak merasa tidak berharga, lelah, atau selalu disalahkan.
“Perilaku toxic adalah tindakan terhadap orang lain yang membuat mereka merasa buruk tentang hidup dan diri mereka sendiri,” jelas Terapis Irina Firstein, seperti dilansir PureWow, Senin (8/12/2025).
Baca juga: Apa Dampak Orangtua yang Toxic Bagi Anak hingga Dewasa?
Menurutnya, perilaku toxic umumnya ditandai oleh kritik berlebihan, kontrol, manipulasi, dan rasa bersalah. Berikut sembilan tanda kamu mungkin sedang berhadapan dengan ayah yang toxic.
Jika ayah terus-menerus membandingkan kamu dengan kakak atau adik, terutama untuk merendahkan atau membuat kamu merasa kurang, ini termasuk perilaku toxic.
Firstein menyebut pola ini sebagai bentuk kritik yang membuat seseorang merasa buruk.
Ketika ayah memuji satu anak dan merendahkan yang lain, dampaknya bisa memicu rasa tidak aman berkepanjangan dan merusak hubungan saudara kandung.
Ayah yang toxic sering mengabaikan batasan pribadi, seperti datang ke rumah tanpa izin atau menuntut perhatian kapan saja ia mau.
Meski kamu telah menjelaskan batasan, ayah tetap melanggar dan menganggap permintaanmu tidak penting.
Pola ini menandakan kurangnya penghormatan terhadap privasi dan kemandirianmu sebagai individu.
Ketika setiap keputusan hidupmu, pasangan, pekerjaan, cara berteman, selalu salah di matanya, ini adalah pola toxic yang menguras energi.
Baca juga: 8 Pola Komunikasi Toxic yang Merusak Hubungan dan Cara Mengatasinya
“Kontrol adalah ciri utama perilaku toxic,” kata Firstein.
Jika ayah terus memaksakan pandangannya dan menganggap pendapatmu tidak valid, ini bukan lagi bentuk perhatian, melainkan kontrol berlebihan yang tidak sehat.
Apakah kamu merasa kehabisan energi setiap selesai berbicara dengan ayah? Bukan hanya lelah biasa, tetapi benar-benar terkuras? Interaksi dengan ayah yang toxic dapat membuat anak merasa kalah sebelum bertarung.
Drama, keluhan berlebih, dan tuntutan emosionalnya bisa menyedot energi mental sehingga kamu merasa tidak lagi punya ruang untuk diri sendiri.