Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali 9 Ciri Ayah Toxic yang Bisa Sebabkan Luka Batin sejak Kecil

Kompas.com, 9 Desember 2025, 09:03 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

Sumber PureWow

KOMPAS.com - Tidak semua hubungan dengan orangtua berjalan hangat dan suportif. 

Dalam beberapa kasus, perilaku seorang ayah dapat berubah menjadi toxic, terutama jika pola tersebut berlangsung lama dan membuat anak merasa tidak berharga, lelah, atau selalu disalahkan. 

“Perilaku toxic adalah tindakan terhadap orang lain yang membuat mereka merasa buruk tentang hidup dan diri mereka sendiri,” jelas Terapis Irina Firstein, seperti dilansir PureWow, Senin (8/12/2025).

Baca juga: Apa Dampak Orangtua yang Toxic Bagi Anak hingga Dewasa?

Ciri-ciri ayah toxic

Menurutnya, perilaku toxic umumnya ditandai oleh kritik berlebihan, kontrol, manipulasi, dan rasa bersalah. Berikut sembilan tanda kamu mungkin sedang berhadapan dengan ayah yang toxic.

1. Sering membandingkan kamu dengan saudara kandung

Jika ayah terus-menerus membandingkan kamu dengan kakak atau adik, terutama untuk merendahkan atau membuat kamu merasa kurang, ini termasuk perilaku toxic. 

Firstein menyebut pola ini sebagai bentuk kritik yang membuat seseorang merasa buruk. 

Ketika ayah memuji satu anak dan merendahkan yang lain, dampaknya bisa memicu rasa tidak aman berkepanjangan dan merusak hubungan saudara kandung.

2. Tidak menghargai batasan

Ayah yang toxic sering mengabaikan batasan pribadi, seperti datang ke rumah tanpa izin atau menuntut perhatian kapan saja ia mau. 

Meski kamu telah menjelaskan batasan, ayah tetap melanggar dan menganggap permintaanmu tidak penting. 

Pola ini menandakan kurangnya penghormatan terhadap privasi dan kemandirianmu sebagai individu.

3. Selalu ingin benar

Ketika setiap keputusan hidupmu, pasangan, pekerjaan, cara berteman, selalu salah di matanya, ini adalah pola toxic yang menguras energi. 

Baca juga: 8 Pola Komunikasi Toxic yang Merusak Hubungan dan Cara Mengatasinya

“Kontrol adalah ciri utama perilaku toxic,” kata Firstein.

Jika ayah terus memaksakan pandangannya dan menganggap pendapatmu tidak valid, ini bukan lagi bentuk perhatian, melainkan kontrol berlebihan yang tidak sehat.

4. Membuat kamu lelah secara emosional

Apakah kamu merasa kehabisan energi setiap selesai berbicara dengan ayah? Bukan hanya lelah biasa, tetapi benar-benar terkuras? Interaksi dengan ayah yang toxic dapat membuat anak merasa kalah sebelum bertarung. 

Drama, keluhan berlebih, dan tuntutan emosionalnya bisa menyedot energi mental sehingga kamu merasa tidak lagi punya ruang untuk diri sendiri.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau