Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?

Kompas.com, 12 Desember 2025, 21:25 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) pada tahun 2018 mengungkapkan, sekitar 88 persen alias hampir 200 juta masyarakat Indonesia mengalami karies atau gigi berlubang. Apa penyebabnya?

“Kenapa bisa, masalah gigi di Indonesia itu, sampai 88 persen itu, giginya berlubang? Pertama, masyarakat Indonesia kurang paham menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dengan baik,” terang drg. Aswar Sandi dalam peluncuran produk pasta gigi usmile di Jakarta Selatan pada Rabu (10/12/2025).

Salah satu cara untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah dengan menyikat gigi. Untungnya, 94 persen masyarakat Indonesia menggosok gigi. Namun, hanya 2,8 persen yang menyikat gigi dengan benar.

Baca juga: Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung

“Terjawablah kenapa kita memiliki 88 persen yang giginya berlubang. Kita bahkan enggak tahu gimana cara menyikat gigi dengan benar,” tutur drg. Aswar.

Penyebab gigi masyarakat Indonesia berlubang

Penumpukan plak dari makanan dan minuman yang dikonsumsi memang bisa membuat gigi berlubang. Namun, ini bisa terjadi karena kebiasaan menyikat gigi yang kurang baik.

Durasi menyikat gigi terlalu singkat

Penyebab pertama sebagian besar masyarakat Indonesia mengalami gigi berlubang adalah karena durasi menyikat gigi yang terlalu singkat.

Sering kali, beberapa orang terburu-buru dalam menyikat gigi pada pagi hari karena harus segera beraktivitas. Padahal, durasi menyikat gigi yang direkomendasikan adalah dua menit.

“Kita itu punya 32 gigi. Kalau kalian sikat gigi kurang dari satu menit, ada bagian yang tidak tersentuh. Jangan buru-buru. Ingat, masa depan kalian dan masa depan anak kalian itu tergantung dari durasi menyikat gigi,” kata drg. Aswar.

drg. Aswar Sandi yang berpraktik secara mandiri di KADOYA Dental Clinic, dalam peluncuran produk pasta gigi usmile di Jakarta Selatan pada Rabu (10/12/2025).kompas.com / Nabilla Ramadhian drg. Aswar Sandi yang berpraktik secara mandiri di KADOYA Dental Clinic, dalam peluncuran produk pasta gigi usmile di Jakarta Selatan pada Rabu (10/12/2025).

Sebab, gigi berlubang bisa berakibat fatal, bahkan sampai mengancam nyawa, jika tidak segera ditangani dengan tepat.

Baca juga: 2 Kandungan Pasta Gigi yang Bikin Napas Wangi Tahan Lama

Beberapa bahayanya adalah menyebabkan keguguran pada ibu hamil, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, kecerdasan anak terganggu, dan penyakit jantung seperti endokarditis.

Penyebabnya adalah bakteri masuk ke dalam gigi berlubang, atau ke gusi yang memiliki plak dan karang gigi, lalu masuk ke dalam aliran darah dan menghasilkan toksin yang berbahaya untuk tubuh.

Teknik menyikat gigi yang salah

“Selanjutnya teknik menyikat gigi. Ini penting karena kalau enggak, gigi bisa abrasi. Perbatasan antara gigi dan gusi terkikis karena menyikat giginya kenceng banget kayak gosok WC. Pelan-pelan saja,” tutur drg. Aswar.

Lebih lanjut, menyikat gigi terlalu keras bisa mengikis enamel, sehingga gigi menjadi kuning.

“Gigi itu ada tiga lapisan pelindung. Ada enamel, dentin, dan pulpa. Enamel ini bagian terluar yang putih. Kalau kita gosok giginya terlalu kencang, ini terkikis dan jadinya gigi warna kuning,” lanjut dia.

Tidak memerhatikan sela-sela gigi

Karena menyikat gigi yang terlalu terburu-buru, gigi bisa berlubang bukan pada bagian depan maupun belakang, tetapi di sela-sela gigi.

Baca juga: Plak Gigi Bisa Picu Penyakit Serius, Ini 5 Cara Mencegahnya

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau