Siti Sadiah, guru kelas IV SDN III Karanganyar yang juga wali kelas Doni, kemarin, mengatakan, siang itu Doni dan sejumlah temannya bermain sepak bola di halaman sekolah. Ia bertugas sebagai penjaga gawang.
Berdasarkan keterangan teman-temannya, lanjut Sadiah, ketika bola mengarah ke halaman kosong di samping rumah tinggal guru yang dijadikan ruang kelas I dan II, Doni mengejarnya. ”Waktu mengejar bola itulah, tembok samping belakang ruang kelas I berukuran 1,5 x 1 meter ambruk. Tembok terbelah menjadi dua dan menimpa Doni, tepat di bagian kepalanya,” ujarnya.
Yang menyaksikan Doni tertimpa tembok runtuh adalah Ibu Rodiah (47), warga yang tinggal tepat di samping ruang kelas I dan II. Ibu Rodiah pula yang menolong Doni.
Rodiah yang ditemui di sekolah menceritakan, saat melihat Doni jatuh tertelungkup, tertimpa tembok, dia langsung berusaha membantu. ”Waktu itu saya panik karena darah banyak sekali dari bagian belakang kepalanya,” ujarnya.
”Saya akhirnya berteriak-teriak minta tolong. Teman-teman Doni sebagian berlari mengabarkan kejadian itu kepada keluarga dan guru kelas serta warga. Saya dan Ibu Sadiah kemudian membawa Doni ke Puskesmas Gedong Tataan,” kata Rodiah.
Dalam perjalanan menuju puskesmas itulah, sekitar pukul 15.00 Doni meninggal dunia. Ia mengalami perdarahan yang cukup parah.
Martoyo, Kepala Sekolah SDN III Karanganyar, mengatakan, kondisi sekolah memang sudah tidak layak lagi. Gedung Inpres tersebut dibangun pada tahun 1983-1984. Sejak saat itu sampai sekarang, gedung sekolah itu belum pernah direhabilitasi.
Anggota Komisi B DPRD Pesawaran, Lahmudin Kadir, di lokasi mengatakan, kejadian tersebut harus menjadi pelajaran bagi Dinas Pendidikan Pesawaran.