Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Bukan Zamannya Mendisiplinkan Anak dengan Memukul

Kompas.com, 15 Maret 2018, 07:27 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Sekitar dua dekade lalu, bukan hal aneh melihat orangtua memukul bokong anak mereka sebagai hukuman ketika anak-anaknya "nakal". Kini, para ahli perkembangan anak menentang cara mendisiplinkan tersebut.

Perdebatan mengenai boleh tidaknya memukul anak, terutama memukul bagian bokong dengan tangan kosong (spanking) untuk memberi pelajaran sempat ramai.

Banyak pakar psikologi menyarankan agar tidak menggunakan hukuman fisik saat mendisiplinkan anak. Sementara yang lain menganggap dampak buruk memukul anak terlalu dibesar-besarkan.

Menurut laporan UNICEF, seperti dikutip dari CNN.com, di seluruh dunia hampir 300 juta anak berusia 2-4 tahun mendapat berbagai bentuk hukuman fisik dari orangtua atau pengasuhnya.

Hukuman fisik tersebut termasuk memukul bokong anak, mengguncang-guncangkan tubuhnya, atau meninju salah satu bagian tubuh dengan tangan atau alat lain.

"Tapi, secara umum kebanyakan orangtua berusaha menjelaskan kepada anaknya mengapa perilaku tertentu salah," kata pakar statistik dan monitoring UNICEF, Claudia Cappa.

Ia menambahkan, kebanyakan orangtua juga menggunakan beberapa metode mendisiplinkan anak.

"Mereka menggunakan cara kekerasan dan juga nonkekerasan, mereka mengombinasikan hukuman fisik dan agresi psikologi seperti berteriak atau menjerit," katanya.

Dampaknya

Para pakar mengatakan bahwa memukul anak terkait dengan perilaku negatif pada anak, misalnya gangguan mental saat dewasa, agresif, bahkan lebih menyukai kekerasan.

"Ada kesepakatan dari para pakar bahwa memukul bokong anak berdampak buruk. Salah satu penjelasannya adalah karena memukul akan merusak ikatan emosional antara anak dan pengasuhnya," kata profesor bidang kerja sosial Andre Grogan-Kaylor, dari Universitas Michigan.

Untuk mengetahui bagaimana efek jangka panjangnya pada anak, Grogan-Kaylor dan timnya menganalisa beberapa penelitian mengenai hukuman fisik pada anak yang dilakukan dalam 50 tahun terakhir dan melibatkan lebih dari 160.000 anak.

"Dari beberapa desain studi, negara, dan kelompok usia, memukul anak terkait dengan efek negatif pada anak," katanya.

Ayah dan anak berdialog ka2shka Ayah dan anak berdialog
Sementara studi lain yang dilakukan oleh Robert Larzelere dari Oklahoma State University, menemukan hasil sedikit berbeda.

(Baca juga: 10 Langkah Menjadi Ibu yang Lebih Baik di 2018)

Menurut Larzelere, jika hukuman fisik diterapkan bukan sebagai metode tunggal, namun sebagai "cadangan" jika metode pendisiplinan lain tidak berjalan, maka efeknya tidak akan terlalu buruk pada anak.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau