Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berlian Buatan Manusia, Serupa tetapi Tak Sama dengan Permata

Kompas.com, 15 September 2020, 17:15 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com – Kilau berlian pada perhiasan memang sangat indah, tetapi tahukah Anda bahwa tidak semua berlian itu ditambang dari bumi seperti yang selama ini kita kenal. Saat ini di pasaran banyak ditemui permata sintetis atau sering disebut juga buatan manusia (man-made diamond).

Berlian alami terbuat dari karbon, zat yang dikenal sangat keras di bumi. Batuan ini dibentuk jutaan tahun dan tersimpan di perut bumi dalam kondisi alami bertekanan sangat tinggi dan suhu tinggi.

Ketika batuan mulia ini telah terbentuk, ia bergerak melalui batuan cair ke permukaan bumi, yang kemudian ditambang, dimurnikan, dan diubah menjadi perhiasan yang indah atau dipakai untuk keperluan industri.

Sementara itu, berlian buatan manusia dibuat di laboratorium yang diset memiliki kondisi mirip, yaitu tekanan dan suhu tinggi. Biji intan dipilih untuk menjalani kondisi ekstrem di lingkungan laboratorium.

Setelah beberapa minggu, benih itu akan mengkristal menjadi berlian utuh. Setelah selesai kemudian dipotong dan dipoles. Hasil akhirnya adalah berlian dengan sifat kimia dan optik yang sama dengan berlian alami.

Baca juga: Industri Berlian Kelebihan Pasokan di Tengah Pandemi Covid-19

Creative Director PT Central Mega Kencana (CMK) Tanya Alissia mengatakan, berlian sintesis ini sulit dibedakan dengan berlian alami.

“Sekarang ini yang menjadi saingan berlian alami adalah berlian buatan pabrik. Tentu kita tidak mau membayar mahal untuk sesuatu yang tidak alami,” kata Tanya dalam acara virtual media viewing 19 koleksi Forevermark Red Carpet 2020 beberapa waktu lalu.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Berlian alami yang langka dan berkualitas tinggi juga bisa menjadi investasi dibandingkan dengan berlian buatan.

Untuk memastikan berlian yang dibeli merupakan berlian alami, Anda bisa melihat sertifikatnya. Lembaga yang paling tepercaya sehingga banyak digunakan sebagai rujukan adalah Gemological Institute of America (GIA).

Memiliki cerita

Tanya menjelaskan, tidak hanya indah dan langka, berlian alami yang bisa dipertanggungjawabkan kini menjadi pilihan konsumen di dunia.

“Berlian yang conflict free, yaitu yang ditambang secara bertanggung jawab terhadap lingkungan atau pekerjanya, lebih disukai,” katanya.

Selain itu, perhiasan yang memiliki cerita di baliknya dianggap lebih berharga.

“Konsumen ingin bercerita tentang apa yang dipakainya. Apakah berlian ini memiliki makna tertentu atau lambang tertentu,” ujar Tanya.

Dengan kata lain, berlian alami tentu lebih memilliki cerita yang panjang ketimbang permata yang dihasilkan di laboratorium.

Baca juga: Perhiasan Karya Desainer Indonesia Menyala di Red Carpet

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau