Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/10/2020, 15:55 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Status gizi anak dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Variasi jenis nutrisi yang mengikuti pola makan bergizi seimbang bukan hanya menyehatkan, tapi juga dapat mengusir kebosanan.

Seperti halnya orang dewasa, anak juga akan cepat bosan jika orangtunya hanya menyediakan makanan yang itu-itu saja. Orangtua pun dituntut lebih kreatif dalam menyajikan makanan dengan gizi seimbang.

Dokter spesialis gizi klinis Juwalita Surapsari, menjelaskan bahwa gizi seimbang dapat dicapai apabila makanan yang dikonsumsi dalam jumlah cukup, berkualitas baik, dan beragam jenisnya untuk memenuhi berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.

“Porsinya tentu disesuaikan dengan usia anak. Sedangkan jadwal makan harus teratur tiga kali sehari, dengan ditambahkan makanan selingan,” kata Juwalita dalam webinar bertajuk Bicara Gizi yang diadakan Danone (30/9).

Pedoman Isi Piringku yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan bisa menjadi acuan bagi orangtua.

Baca juga: Mengapa Anak Jadi Susah Makan Selama Pandemi

Untuk anak usia 1-3 tahun, misalnya, dalam sekali makan pada satu piring sebaiknya terdiri dari sepertiga makanan pokok, sepertiga sayuran, seperenam buah-buahan, dan seperenam lauk-pauk.

Satu porsi makanan pokok bisa diberikan nasi 100 gram atau bisa diganti dengan kentang dua buah, atau jagung segar tiga buah.

Sementara itu, satu porsi lauk-puk bisa berupa daging ayam satu potong ukuran sedang, daging sapi sepotong ukuran sedang, satu butir telur ayam, susu sapi satu gelas, atau pun temped an tahu dua potong ukuran sedang.

Menurut Juwalita, sumber protein yang utama untuk anak batita memang protein hewani, namun protein nabati juga penting.

“Asam amino protein hewani memang lebih lengkap dan kandungan di dalamnya lebih mudah diserap tubuh. Tetapi protein nabati juga mengandung lemak baik, antioksidan dan antikolesterol, serta serat,” katanya.

Bahkan protein nabati bisa menjadi pengganti protein pada anak yang intoleransi laktosa, misalnya olahan soya atau kacang kedelai.

Baca juga: 6 Masalah Makan pada Balita dan Cara Mengatasinya

Sedangkan asupan serat berupa sayur dan buah bisa berupa satu gelas sayuran matang, alpukat setengah buah, apel satu buah kecil, satu potong melon, satu buah pisang ukuran sedang, atau pun satu potong pepaya ukuran sedang.

Stres bikin malas makan

Agar anak tetap semangat mengonsumsi makanan sehat, psikolog Putu Andani mengingatkan pentingnya orangtua memantau mood anak.

“Stres berkepanjangan pada anak yang tidak diolah dengan baik memengaruhi perilaku makan anak di rumah. Karena kemampuan anak mengelola stress masih terbatas, mereka butuh bantuan orangtua,” kata Putu.

Salah satu cara mengatasi kebosanan anak pada masa pandemi adalah mencoba sesuatu yang baru. Anak bisa dikenalkan pada proses yang belum sempat dilakukan sebelumnya, misalnya melibatkan anak untuk ikut menyiapkan makanan di dapur atau menyiapkan peralatan makan dengan cara menyenangkan.

“Kuncinya adalah interaksi yang menyenangkan dengan anggota keluarga,” kata Putu.

Baca juga: Kenapa Anak Bisa Mengalami Anemia Defisensi Besi?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com