Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Gejala yang Perlu Diwaspadai pada Gelombang Kedua Pandemi

Kompas.com, 7 Mei 2021, 07:47 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ancaman kedatangan gelombang kedua pandemi Covid-19 semakin nyata. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah kasus penularan dan angka kematian. 

Mutasi virus corona dengan varian yang makin mudah menular juga menjadi ancaman tersendiri.

Hal tersebut juga menyebabkan munculnya banyak gejala yang tidak biasa terlihat pada pasien yang baru terinfeksi.

Namun, tanda dan gejala klasik Covid-19 seperti demam, sesak napas, batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, hilangnya indra perasa atau penciuman, hidung tersumbat, dan kelelahan masih tetap ada.

Akan tetapi, sesak napas (dispnea) merupakan salah satu gejala awal virus corona, terutama yang terlihat pada pasien yang terinfeksi pada gelombang kedua Covid-19.

Baca juga: Kenapa Virus Corona Bisa Picu Sesak Napas, Ini Alasannya

Meskipun intensitas sesak napas dapat bervariasi di antara individu, gejala ini membuat sebagian besar pasien merasa sesak di dada, sehingga mengakibatkan napas terengah-engah.

Studi menunjukkan bahwa kesulitan bernapas biasanya terlihat pada gelombang kedua pasien Covid-19, tepat pada permulaan infeksi.

Infeksi ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen (kadar SpO2) yang dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru dan dalam beberapa kasus menyebabkan kegagalan beberapa organ.

Selain itu, gejala baru lainnya dari gelombang kedua infeksi Covid-19 yang harus kita waspadai meliputi:

Baca juga: Ancaman Pandemi Covid-19 Gelombang Kedua, Pemerintah Diminta Siapkan Skenario Terburuk

1. Infeksi saluran pencernaan

Saluran gastrointestinal (GI) kita terdiri dari organ utama pencernaan, termasuk mulut, pipa makanan, lambung, usus kecil, dan usus besar.

Gejala infeksi saluran GI yang terkait dengan Covid-19 yakni kehilangan rasa lapar, muntah, sakit perut, dan buang air besar.

Baca juga: Penderita Saluran Pencernaan Kronis Tak Boleh Divaksin, Apa Sebabnya?

Ilustrasi pasien Covid-19 dipasang alat bantu napas, tabung oksigen untuk pasien Covid-19 parah. Dokter tidak anjurkan pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri, saat gejala Covid-19 memburuk mengoperasikan tabung oksigen secara mandiri.SHUTTERSTOCK/Halfpoint Ilustrasi pasien Covid-19 dipasang alat bantu napas, tabung oksigen untuk pasien Covid-19 parah. Dokter tidak anjurkan pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri, saat gejala Covid-19 memburuk mengoperasikan tabung oksigen secara mandiri.

2. Gangguan pendengaran

Gangguan pendengaran adalah salah satu gejala pada gelombang kedua infeksi Covid-19.

Gejala ini dapat berkisar dari ringan, sedang hingga parah yang menyebabkan kehilangan pendengaran tiba-tiba atau suara dering di telinga (tinnitus).

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau