Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melestarikan Tenun Sikka, dengan Modul, Pelatihan, hingga Doa

Kompas.com - 13/02/2023, 08:59 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Indonesia memiliki banyak ragam kain yang indah, salah satunya kain tenun. Dari sekian banyak tenun yang ada, satu yang tidak boleh kita lupakan adalah tenun Sikka.

Kain tenun dari Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur ini dibuat dengan teknik pewarnaan ikat dan proses menenun yang bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan.

Tenun ikat sikka yang memiliki nilai filosofis dan estetika tinggi ini terdaftar sebagai salah satu indikasi geografis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Maret 2017 lalu.

Namun seperti kita ketahui, penggunaan tenun dalam busana sehari-hari masih sangat terbatas, tidak seperti batik yang dikenal luas dan lazim dipakai di berbagai acara.

Karenanya, untuk ikut mempopulerkan dan melestarikan tenun, Pendopo, merek usaha Kawan Lama Group, berkolaborasi dengan LSM, pemerintah daerah, dan desainer lokal untuk melakukan program pendampingan masyarakat adat tenun ikat Sikka di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Program pendampingan yang diadakan sejak bulan September 2021 hingga Oktober 2022 ini menjangkau lebih dari 90 penenun dari 4 kelompok tenun. Hasilnya kemudian dikolaborasikan dengan desainer lokal untuk dipasarkan melalui Pendopo.

Tasya Widya Krisnadi, Direktur Pendopo, menjelaskan, “Pendopo hadir sebagai sebuah ekosistem pendorong pengembangan produk lokal dan pelestarian budaya Indonesia melalui tiga fokus utama, yaitu pengembangan produk, kolaborasi dengan para pengrajin, pemerintah, maupun desainer lokal, lalu memperkenalkannya pada publik melalui ritel kami.”

Program pendampingan dari Pendopo kepada penenun tradisional di Sikka, NTT Program pendampingan dari Pendopo kepada penenun tradisional di Sikka, NTT
Sejak awal program pendampingan yang dimulai pada September tahun 2021, ditemukan bahwa masih banyak potensi baik dari produk tenun maupun SDM penenun yang bisa dikembangkan.

Untuk itu, Pendopo bekerjasama dengan sebuah yayasan dan pemerintah daerah mengadakan 29 kali program pelatihan dan pendampingan secara berkala dalam rentang waktu Desember 2021 hingga September 2022.

Materi yang diberikan termasuk pelatihan SDM (termasuk regenerasi penenun), penyusunan laporan keuangan, manajemen produksi dan penerimaan pesanan, hingga pembuatan demplot (metode penyuluhan) pewarnaan alam (re-planting).

Pendopo juga memberikan workshop ekonomi kreatif untuk menggali potensi, menghadirkan inovasi, dan mengeksplorasi produk turunan dari tenun ikat Sikka sesuai dengan selera masa kini.

Baca juga: Tenun Ikat Sikka, Tenun Pertama yang Dilindungi Kekayaan Intelektualnya

Dibantu doa

Agar motif dan warna tenun yang dihasilkan tetap sesuai dengan gaya lokal sekaligus bisa diterima tren masa kini, para penenun ditantang untuk menghadirkan motif baru yang bisa dipasarkan di mal.

Rupanya usaha membuat motif dengan warna khusus itu tidak semudah yang dibayangkan. Setelah berkali-kali mencoba, para penenun akhirnya melakukan ritual adat dan doa-doa.

"Dan menurut penuturan para penenun, setelah berdoa, usaha itu tiba-tiba berjalan lancar dan mereka mendapatkan hasil tenunan indah yang membuat mereka sendiri kagum," tutur Tasya.

"Kami sendiri saat melihat hasilnya merasa wow... hasilnya sangat bagus, bahkan melebihi bayangan kami," lanjut Tasya di Pendopo Living World, Kamis (9/2/2023).

Tasya Widya Krisnadi bersama para penenun dalam Program pendampingan dari Pendopo kepada penenun tradisional di Sikka, NTT Tasya Widya Krisnadi bersama para penenun dalam Program pendampingan dari Pendopo kepada penenun tradisional di Sikka, NTT
Hingga bulan Oktober 2022, melalui program pendampingan ini telah terjangkau lebih dari 90 orang penenun. Mayoritas penenun tergabung dalam empat kelompok tenun, yaitu kelompok tenun Tati Nahing, kelompok tenun Na’ni House, kelompok tenun Bliran Sina, dan kelompok tenun Watubo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com