Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Menghadapi Anak yang Agresif dan Suka Memukul

Kompas.com, 10 Juli 2024, 09:47 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Apakah anak Anda memiliki “masalah kemarahan” dan tergolong anak yang temperamental? Anda mungkin bertanya-tanya mengapa anak saya suka memukul dan mengamuk?

Mengatur emosi adalah keterampilan yang harus kita pelajari, dan beberapa anak membutuhkan waktu lebih lama untuk menguasai pengendalian diri dibandingkan anak lainnya. Namun sulit untuk mengetahui apakah perilaku agresif anak hanyalah bagian dari proses belajarnya atau sudah di luar kendali.

Psikolog anak Emily Mudd, PhD, menjelaskan cara mengelola balita yang suka marah dan agresi balita lainnya.

Baca juga: Bagaimana Cara Menghadapi Anak yang Tantrum?

Memahami mengapa balita memukul

Mengapa balita saya begitu agresif?

"Secara umum balita memang akan melewati beberapa perilaku agresif,” kata Dr. Mudd. “Pada tahap ini, anak-anak cenderung menggunakan ekspresi fisik untuk mengungkapkan rasa frustrasi mereka, karena mereka belum memiliki kemampuan bahasa untuk mengekspresikan diri."

Dalam hal ini mendorong teman di taman bermain dapat dianggap sebagai hal yang biasa, dan tidak akan disebut sebagai agresi kecuali hal itu dilakukan berkali-kali atau merupakan bagian dari suatu pola.

Balita mungkin merasa frustrasi karena bosan, lelah, lapar, atau bahkan kewalahan — dan bentuk komunikasi fisik seperti memukul, menggigit, dan mendorong mungkin merupakan satu-satunya cara yang mereka ketahui untuk mengekspresikan perasaannya.

Kapan Anda perlu khawatir tentang perilaku agresif?

Pada saat anak cukup besar untuk memiliki keterampilan verbal untuk mengomunikasikan perasaannya – sekitar usia 7 tahun – ekspresi agresi fisik akan berkurang, kata Dr. Mudd.

Jika perilaku agresif masih tetap ada setelah 7 tahun, inilah saatnya untuk khawatir, terutama jika anak membahayakan dirinya sendiri atau orang lain atau sering merusak properti.

Perhatikan tanda-tanda peringatan bahwa perilaku anak berdampak negatif, seperti:

  • Kesulitan secara akademis.
  • Mengalami kesulitan berhubungan dengan teman sebaya.
  • Sering menimbulkan gangguan di rumah.
  • Mengalami gangguan pola tidur atau makan 

“Tanda-tanda peringatan ini memprihatinkan dan tidak boleh diabaikan,” kata Dr. Mudd.

Perilaku anak mungkin mempunyai penyebab mendasar yang memerlukan perhatian. ADHD, kecemasan, ketidakmampuan belajar, dan autisme memiliki gejala yang tampak sebagai perilaku agresif atau menimbulkan tantangan dalam komunikasi.

“Apa pun penyebabnya, jika perilaku tersebut berdampak pada aktivitas anak sehari-hari, inilah saatnya mencari perawatan profesional,” tambahnya.

Mulailah dengan berbicara dengan dokter anak. Jika perlu, mereka dapat merujuk ke ahli kesehatan mental untuk mendiagnosis dan menangani masalah yang dapat menyebabkan agresi atau masalah komunikasi verbal.

Baca juga: Ciri-ciri Tantrum pada Anak yang Perlu Diketahui, Apa Saja?

Tips menghadapi balita yang suka memukul

Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai orang tua untuk membantu mengelola perilaku agresif balita? Dr Mudd merekomendasikan strategi ini.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau