Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 21 Agustus 2024, 17:29 WIB
Silmi Nurul Utami,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pikun atau demensia adalah menurunnya daya ingat, daya pikir, dan kemampuan sosial seseorang. Seseorang yang sering lupa kerap disebut sebagai pikun. 

Apakan kondisi sering lupa pada lansia adalah pertanda pikun? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasan berikut ini!

Sering lupa bukan berarti pikun

Menurut Spesialis Geriatri Dr. dr. Czeresna Heriawan Soedjono, SpPD-K.Ger, tidak semua lupa itu adalah pikun`

"Karena makin tua usia seseorang, makin banyak persoalan yang harus dia tangani, sehingga ia bisa saja sering lupa," ujarnya ketika diwawancarai oleh Kompas.com

Baca juga: 5 Penyakit yang Sering Menyerang Lansia

Misalnya, seorang lansia harus melakukan sesuatu. Tetapi, karena banyak pekerjaan atau pikiran ia jadi melewatkan hal tersebut. Hal tersebut tidak dapat diartikan sebagai pikun. 

Lansia bisa sering lupa, karena memikirkan banyak hal dan tidak berarti mengidap pikun. 

Contoh lupa yang merupakan pikun

"Kita sebut pikun jika sering lupa itu menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari," ujar Czeresna. 

Pikun menyebabkan seseorang melupakan kegiatan yang awalnya familier, sehingga dapat mengganggu aktivitas kesehariannya. 

Misalnya, lansia yang tadinya bisa menggunakan telepon seluler, ia menjadi tidak bisa. Atau yang tadinya bisa menggunakan remote, tibat-tiba bingung bagaimana cara menggunakannya. 

Baca juga: Benarkah Lansia Mudah Terkena Gangguan Mental?

Contoh lainnya adalah lupa cara untuk sholat, seperti urutan gerakan dan bacaan sholat. Padahal, ia telah sholat sejak kecil dan melakukannya setiap hari. 

"Kesulitan melakukan kegiatan yang familier adalah gejawa awal pikun," tangkas Czeresna. 

Contoh lupa yang merupakan gejala awal pikun selanjutnya adalah berbicara secara berulang-ulang. 

"Bertanya atau menyampaikan sesuatu ke orang lain hingga berkali-kali, karena dia lupa sebenernya dia udah tanyakan atau ceritakan belum adalah tanda awal pikun atau demensia," ujar Czeresna.

Jika lansia mengalami gejala awal pikun tersebut, sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk mencegah penyakitnya bertambah buruk. 

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas.com (@kompascom)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau