Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog

Kompas.com, 13 Desember 2025, 13:25 WIB
Devi Pattricia,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Perasaan bersalah sering kali menjadi emosi yang diam-diam mengiringi peran ibu dalam keseharian. Padahal, menurut psikolog, rasa bersalah tersebut tidak muncul tanpa sebab dan bisa dipicu oleh berbagai faktor yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Farraas Afiefah Muhdiar menjelaskan, pemicu rasa bersalah pada ibu sangat beragam dan tidak selalu berkaitan dengan kesalahan besar.

Berikut ini sejumlah faktor yang kerap memicu rasa bersalah pada ibu saat merawat anak.

1. Masalah sehari-hari dalam pengasuhan

Farraas menjelaskan, situasi sederhana dalam keseharian bisa menjadi sumber rasa bersalah bagi ibu. Ketika anak menolak makan, sulit tidur, atau menunjukkan perilaku yang dianggap tidak sesuai, ibu kerap menyalahkan dirinya sendiri.

Baca juga: Ketika Ibu Mertua Jadi Penopang Terkuat Ibu Bekerja

“Semua hal sebenarnya bisa memicu rasa bersalah, dari sesimpel anak enggak mau makan,” kata Farraas saat diwawancarai Kompas.com di Jakarta Selatan, (10/12/2025).

Dalam banyak kasus, ibu menganggap kondisi tersebut sebagai cerminan langsung dari kualitas pengasuhan yang ia berikan. Padahal, perilaku anak bisa dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk fase perkembangan yang sedang dijalani. Namun, perasaan bersalah sering kali muncul lebih dulu sebelum ibu sempat memahami konteksnya.

2. Anak mengalami kondisi kesehatan tertentu

Rasa bersalah juga sering muncul ketika anak sakit. Dalam situasi ini, ibu cenderung mempertanyakan keputusan-keputusan yang telah diambil sebelumnya, mulai dari pola makan, kebersihan, hingga rutinitas anak.

“Selain hal-hal sehari-hari bisa juga sampai hal-hal yang mungkin lebih besar seperti ketika anak sakit,” ungkap dia.

Menurut Farraas, kondisi seperti ini termasuk pemicu besar karena menyentuh aspek emosional terdalam seorang ibu.

Ketika anak tidak dalam kondisi sehat, ibu kerap merasa gagal melindungi atau menjaga anak dengan maksimal, meskipun sebenarnya banyak faktor di luar kendali.

Baca juga: 4 Tips Bonding dengan Anak bagi Ibu Bekerja

Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Farraas Afiefah Muhdiar saat diwawancarai Kompas.com di Jakarta Selatan, (10/12/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Farraas Afiefah Muhdiar saat diwawancarai Kompas.com di Jakarta Selatan, (10/12/2025).

3. Keterbatasan waktu bersama anak

Salah satu faktor yang paling sering dirasakan ibu adalah rasa bersalah terkait ketersediaan waktu. Kesibukan pekerjaan, urusan rumah tangga, hingga tanggung jawab lain membuat ibu merasa tidak cukup hadir untuk anak.

“Banyak juga yang merasa bersalah soal ketersediaan waktu, biasanya ibu merasa enggak banyak menghabiskan waktu sama anak,” ungkap Farraas.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau