Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Kebutuhan sosial-emosional merupakan fondasi penting dalam tumbuh kembang anak. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan untuk merasa dicintai dan diterima, rasa aman, kebutuhan akan pengakuan dan pujian, serta kebutuhan sosial atau berinteraksi dengan teman sebaya.
Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, dampaknya dapat muncul dalam berbagai aspek kehidupan anak, mulai dari emosi, perilaku, hubungan sosial, hingga kesehatan mental.
Psikolog Klinis Anak dan Keluarga, Ayank Irma, mengatakan jika kebutuhan sosial-emosional anak tidak terpenuhi efeknya bahkan bisa bersifat luas dan memengaruhi kualitas hidup anak secara keseluruhan.
Menurut Ayank, emosi berperan sebagai penggerak perilaku anak, sehingga ketika kebutuhan emosinya tidak terpenuhi, cara anak bereaksi terhadap lingkungan sehari-hari ikut terpengaruh.
“Kalau kita bicara emosional itu kan ibaratnya adalah sebuah bensin yang menggerakkan sebuah perilaku,” jelasnya dalam acara grand opening Playclub by Buumi di Urban Forest Cipete, Jakarta Selatan, Kamis (11/12/2025).
Baca juga: Australia Resmi Larang Anak di Bawah 16 Tahun Pakai Medsos, Ini 7 Dampak Positifnya
Ayank menekankan pentingnya interaksi langsung, karena di situlah anak belajar kerja sama, bergiliran, empati, dan mengelola konflik.
“Dengan kebersamaan teman sebaya, sudah pasti akan terlatih bagaimana caranya untuk kooperatif, kompetitif, sabar, teamwork,” tuturnya.
Sebaliknya, anak yang kebutuhan sosial-emosionalnya tidak terpenuhi cenderung lebih egois, kesulitan memahami perspektif orang lain, dan bingung menghadapi situasi sosial baru.
“Kalau enggak, ya sudah pasti anak itu bisa tumbuh salah satunya jadi egois,” kata Ayank.
Baca juga: Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
IlustrasiDampak yang lebih serius dapat muncul jika kebutuhan sosial-emosional tidak terpenuhi dalam jangka panjang. Ayank menyebut bahwa beberapa gangguan kesehatan mental dapat berakar dari kurangnya latihan emosional sejak dini.
“Mungkin yang lebih fatal lagi, mungkin gangguan-gangguan kesehatan mental misalnya NPD, itu karena memang kurang latihan-latihan emosional,” ujarnya.
Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada kemampuan emosi, tetapi juga kualitas hidup anak secara menyeluruh.
“Kalau gangguan itu, kualitas hidup anaknya enggak bagus,” tegas Ayank.
Anak berpotensi kesulitan menjalin hubungan baik dalam pertemanan, orangtua, hingga masalah penyesuaian diri di lingkungan sekolah.
Baca juga: Anak CIBI Butuh Stimulasi agar Tidak Bosan dan Tetap Berprestasi Menurut Psikolog
Di samping itu, orangtua perlu mengingat bahwa stimulasi bagi anak sangatlah penting, terutama karena gerak tubuh memiliki peran besar dalam regulasi emosi anak.