Perasaan ini kerap dialami oleh ibu bekerja maupun ibu rumah tangga. Ibu bekerja merasa waktu bersama anak terlalu sedikit, sementara ibu rumah tangga pun bisa merasa tidak optimal karena kelelahan atau beban mental yang tinggi.
Baca juga: Deretan Komentar Negatif yang Dihadapi Ibu Bekerja Saat Titipkan Anak ke Daycare
4. Membandingkan anak dengan anak lain
Faktor lain yang memicu rasa bersalah adalah kebiasaan membandingkan anak sendiri dengan anak lain. Ketika melihat pencapaian anak lain yang dianggap lebih cepat atau lebih baik, ibu sering kali mempertanyakan peran dan kemampuannya.
“Belum lagi kalau membandingkan sama anak lain atau habis denger ucapan-ucapan dari orang lain, maka pastikan mempertanyakan kemampuan diri sendiri ya,” ujar Farraas.
Ucapan dari lingkungan sekitar, baik keluarga, teman, maupun tetangga, dapat memperkuat rasa ragu terhadap diri sendiri, terutama jika disampaikan tanpa empati.
Baca juga: Di Balik Perjuangan Mengasuh Anak ADHD, Sahabat Ungkap Keteguhan Ira sebagai Ibu
5. Paparan informasi dan media sosial
Farraas menilai, ibu masa kini lebih rentan merasa bersalah karena paparan informasi yang sangat luas. Beragam konten parenting, pendapat ahli, hingga pengalaman orang lain di media sosial sering kali menjadi standar pembanding yang tidak realistis.
Ia menambahkan, perbandingan di era digital jauh lebih kompleks dibandingkan generasi sebelumnya.
“Kalau zaman dulu ngebandinginnya hanya sama omongan orang tua, kalau sekarang bandingin sama apa yang ada di medsos,” terang Farraas.
Kondisi ini membuat ibu mudah merasa kurang, bahkan ketika sudah melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Baca juga: Bertahan Tanpa Support System, Ini Cara Rosita Menguatkan Diri sebagai Ibu Tunggal
Rasa bersalah dalam pengasuhan anak merupakan emosi yang umum dan manusiawi.
Namun, penting bagi ibu untuk menyadari bahwa banyak pemicu rasa bersalah berasal dari faktor eksternal dan ekspektasi yang tidak selalu realistis.
Dengan memahami sumbernya, ibu diharapkan dapat lebih bijak menilai diri sendiri dan tidak terus-menerus terjebak dalam perasaan tidak cukup baik.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang