Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Rekan Kerja yang Bermasalah di Kantor Tak Sadar Dirinya Menyebalkan?

Kompas.com, 2 September 2024, 19:30 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika berada di kantor, kamu akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki beragam sifat dan latar belakang.

Kemampuan kita membawa diri akan mempermudah kita berteman dengan rekan -rekan kerja yang beragam.

Namun di sisi lain, ada orang-orang tertentu yang terlihat tak memiliki teman sama sekali di kantor, bahkan untuk sekadar mengobrol.

Baca juga: 2 Cara Bijak Menyikapi Drama di Kantor

Ketika mengobrol pun, apa yang dikatakan hanya sekadar basa-basi atau seputar pekerjaan.

Seiring berjalannya waktu, kamu mengetahui bahwa orang tersebut bermasalah, sehingga tidak banyak yang ingin menjadi temannya, karena dianggap problematik.

Namun, orang tersebut tidak menyadari bahwa dirinya problematik. Kok, bisa ya seperti itu?

Founder & CEO Talkinc, Erwin Parengkuan menuturkan, ada alasan mengapa mereka tidak peka dengan hal tersebut.

"Karena orang itu tidak punya cermin dalam dirinya tidak punya refleksi diri dalam dirinya," kata dia dalam HR Gathering “Happiness at Work: How Joy Brings Business to Success” di Grand Indonesia West Mall, Jakarta, Kamis (29/8/2024).

Ketika tidak punya cermin dalam diri, seseorang tidak akan sadar bahwa apa yang dilakukan ternyata merugikan orang lain atau membuat orang lain kurang bahagia.

Perihal pekerjaan, salah satu contohnya adalah ketika seseorang terlalu ambisius sampai menghalalkan segala cara dan menabrak segala aturan.

Kehilangan role model

Alasan lainnya yang membuat seseorang menjadi sosok problematik adalah masa lalunya.

Ada kemungkinan, mereka kehilangan orang yang dijadikan sebagai panutan di masa lalu sampai membuatnya trauma.

Kehilangan panutan tidak selalu diartikan, bahwa orang tersebut sudah meninggal. Bisa pula sifat dan perilaku orang tersebut sudah berubah dan bertolak belakang dengan nilai yang sebelumnya dijunjung.

Menurut Erwin, trauma masa lalu bisa memberikan luka yang mendalam pada diri seseorang sampai sifat dan perilaku mereka berubah.

"Apakah orang itu menyadarinya? Itu kan pasti selalu berhubungan dengan trauma dan kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah-masalah itu," ujar dia.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau