Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu "Mager" Bisa Picu Pikun dan Lemaskan Otot, Ini Kata Dokter

Kompas.com, 19 Mei 2025, 13:15 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

KOMPAS.com – Terlalu lama duduk atau berbaring tanpa aktivitas fisik dapat memengaruhi kesehatan tubuh secara serius.

Tak sekadar membuat tubuh pegal atau lelah, kebiasaan malas gerak (mager) bisa menyebabkan pelemahan otot bahkan meningkatkan risiko demensia atau kepikunan.

Menurut dr. Widya Eka Nugraha, MSiMed, Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, gaya hidup sedenter atau sedentary lifestyle berbeda dengan sekadar jarang berolahraga.

“Gaya hidup sedenter (sedentary lifestyle) atau yang biasa disebut mager berbeda dengan inaktivitas fisik biasa. Ini adalah kondisi ketika seseorang bahkan tidak melakukan aktivitas ringan,” jelas dr. Widya dikutip dari laman IPB, Minggu (11/5/2025).

Baca juga: Sering Mager Bisa Lemaskan Otot dan Bikin Pikun

Dalam istilah medis, aktivitas fisik diukur dengan satuan METs (metabolic equivalents). Aktivitas yang memiliki nilai METs kurang dari atau sama dengan 1,5—seperti duduk, tiduran, atau menonton TV tanpa bergerak—termasuk dalam kategori sedenter.

Dr. Widya menambahkan bahwa seseorang tergolong memiliki gaya hidup sedenter bila lebih dari separuh waktu bangunnya, atau sekitar enam jam sehari, dihabiskan hanya untuk duduk atau aktivitas sejenis tanpa adanya selingan gerakan.

Baca juga: Sering Lelah dan Mager Bisa Disebabkan 4 Faktor Ini

Duduk lama bisa picu kematian dini

Tak hanya memperlemah otot, kebiasaan duduk terlalu lama dalam satu sesi juga dikaitkan dengan risiko kematian dini. Bahkan, hal ini tetap berlaku pada individu yang rutin berolahraga.

Ia menambahkan, studi terbaru menunjukkan bahwa duduk lebih dari 15 menit dalam satu sesi sudah meningkatkan risiko kematian, dibandingkan duduk kurang dari 10 menit per sesi duduk.

Dengan kata lain, tetap ada risiko bagi mereka yang rajin berolahraga namun tidak menyelingi sesi duduk panjang dengan jeda gerakan. Duduk lebih dari satu jam dalam sekali duduk juga dapat meningkatkan risiko tersebut.

Untuk mengatasinya, dr. Widya menyarankan pentingnya jeda aktif saat duduk.

“Intinya, kita harus jeda aktivitas duduk dengan gerakan ringan seperti berdiri dan berjalan (brisk walk) sebentar,” katanya.

Baca juga: Perbedaan Kelainan Mata Malas dan Juling

Dampak buruk mager bagi tubuh

Secara fisiologis, duduk terlalu lama menyebabkan metabolisme tubuh melambat karena aktivitas fisik yang rendah. Ini membuat otot jarang digunakan dan berisiko kehilangan fungsinya.

“Apabila semua hal tersebut terjadi dalam waktu lama, maka akan menyebabkan penumpukan kadar gula dalam darah, kadar kolesterol darah, aliran darah menjadi kurang lancar, melemahkan otot, hingga meningkatkan risiko kepikunan (demensia) dan kematian dini,” jelas dr Widya.

Jadi, dampak gaya hidup mager tidak hanya memengaruhi kebugaran, tetapi juga berbagai fungsi penting tubuh, termasuk otak.

Baca juga: Bukan Malas, Ini 3 Penyakit yang Membuat Orang Melakukan Prokrastinasi

Tips agar tetap aktif sepanjang hari

Untuk mencegah dampak buruk dari gaya hidup sedenter, dr. Widya memberikan beberapa tips mudah namun efektif agar tubuh tetap aktif.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau