Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Anxious Attachment, Cenderung Takut Ditinggalkan dalam Hubungan

Kompas.com, 7 Oktober 2025, 18:35 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

 KOMPAS.com – Pernah merasa gelisah ketika pasangan tak kunjung membalas pesan, atau takut hubungan akan berakhir tanpa alasan jelas?

Fenomena ini kerap disebut sebagai anxious attachment atau gaya keterikatan cemas.

"Orang yang memiliki keterikatan cemas haus akan koneksi dan juga akan khawatir akan keandalannya. Mereka cenderung memperkuat sinyal emosional saat mencari bukti respons orang lain terhadap mereka," kata psikolog klinis dari New York, Sabrina Romanoff, PsyD, dikutip dari Verwell Mind, Selasa (7/10/2025).

Apa itu anxious attachment?

Istilah ini berasal dari teori attachment yang dikembangkan oleh psikolog John Bowlby dan Mary Ainsworth.

Gaya keterikatan menggambarkan bagaimana seseorang membentuk dan menjaga hubungan emosional dengan orang lain.

Dalam anxious attachment, seseorang cenderung merasa tidak aman, takut ditolak, dan membutuhkan kepastian terus-menerus dari pasangan.

Melansir dari Verwell Health, orang dengan anxious attachment biasanya sensitif terhadap tanda-tanda penolakan dan lebih cepat merasa cemas jika hubungan tampak berubah.

Baca juga: Ingin Punya Hubungan Sehat? Penjelasan Psikolog Soal Attachment Style

Bagaimana anxious attachment terbentuk?

Pola ini juga kerap disebut terbentuk sejak masa kanak-kanak, ketika hubungan dengan pengasuh utama tidak konsisten.

Kadang anak mendapat kasih sayang penuh, tapi di waktu lain diabaikan.

Ketidakpastian itu membuat anak tumbuh dengan kebutuhan tinggi akan kepastian emosional.

Pengalaman emosional negatif di masa kecil juga disebut dapat memengaruhi pola keterikatan di usia dewasa, termasuk munculnya rasa takut ditolak (rejection sensitivity) dan ketergantungan emosional.

Baca juga: Rahasia Kecil Bikin Hubungan Awet Romantis, Ini 5 Bocorannya

Ciri-ciri anxious attachment

Dalam hubungan romantis, anxious attachment bisa muncul dalam berbagai bentuk, antara lain:

  • Sering mengkhawatirkan apakah pasangan masih mencintai dirinya.
  • Overthinking ketika pasangan tidak segera membalas pesan.
  • Menafsirkan jarak emosional kecil sebagai tanda hubungan bermasalah.
  • Cenderung menyesuaikan diri berlebihan demi menjaga hubungan tetap harmonis.

Individu dengan gaya keterikatan cemas juga disebut lebih rentan mengalami konflik dan ketidakpuasan dalam hubungan.

Baca juga: Mengenal Avoidant Attachment, Gaya Keterikatan yang Cenderung Menjaga Jarak

Dampak anxious attachment terhadap hubungan

Rasa takut ditinggalkan membuat seseorang sulit menikmati keintiman secara tenang.

Ia bisa menjadi terlalu bergantung pada pasangan atau mencari validasi berulang kali.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau