Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Psikolog Ingatkan Dampak Game Kekerasan pada Anak

Kompas.com, 12 November 2025, 20:35 WIB
Devi Pattricia,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Ledakan di SMAN 72 Jakarta di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (7/11/2025), yang menyebabkan 96 orang terluka membuka diskusi tentang faktor yang memengaruhi perilaku anak dan remaja, di antaranya konten digital dan game.

Sebab, pelaku ledakan diduga merupakan salah satu siswa di sekolah tersebut yang menjadi korban bullying (perundungan), dilaporkan oleh Kompas.com, Senin (10/11/2025). 

Baca juga:

Beberapa hari setelah peristiwa tersebut, Presiden Prabowo Subianto juga menyatakan akan membatasi pengaruh game online yang mengandung unsur kekerasan.

Menanggapi fenomena ini, Psikolog Meity Arianty, STP., M.Psi. menilai, game kekerasan memiliki pengaruh signifikan terhadap cara anak berpikir dan berperilaku, terutama bila tidak disertai pendampingan orangtua.

Dampak game kekerasan dan konten kekerasan pada anak

Anak mudah meniru apa yang mereka lihat

Menurut Meity, anak-anak memiliki kecenderungan kuat untuk meniru perilaku yang mereka lihat, termasuk dalam permainan digital yang menampilkan adegan kekerasan.

“Game atau konten internet yang berbau kekerasan dapat berpengaruh besar pada perilaku anak karena mereka cenderung meniru apa yang mereka lihat,” jelas Meity saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (11/11/2025).

Hal ini diperparah dengan kondisi anak yang masih berada dalam tahap perkembangan kognitif dan emosional.

Artinya, mereka belum mampu sepenuhnya membedakan mana perilaku yang pantas dilakukan di dunia nyata dan mana yang hanya simulasi di dunia maya.

“Terutama pada usia yang masih dalam tahap perkembangan kognitif dan emosional,” tambahnya.

Baca juga:

Kekerasan bisa terasa biasa bagi anak

Peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta membuka diskusi tentang dampak game kekerasan dan konten kekerasan pada anak dan remaja. Simak penjelasannya.Dok. Unsplash/reddfrancisco Peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta membuka diskusi tentang dampak game kekerasan dan konten kekerasan pada anak dan remaja. Simak penjelasannya.

Paparan konten atau game yang mengandung kekerasan dalam jangka panjang dapat menumpulkan empati anak terhadap penderitaan orang lain. Dalam istilah psikologi, kondisi ini disebut desensitisasi.

“Anak-anak yang terpapar kekerasan secara berulang, baik dalam game atau media lainnya, dapat menjadi desensitisasi terhadap kekerasan, menganggapnya sebagai hal yang normal atau bahkan sebagai cara yang sah untuk menyelesaikan masalah,” terang Meity.

Dengan kata lain, anak bisa kehilangan sensitivitas terhadap dampak buruk dari tindakan agresif.

Mereka bisa merasa bahwa kekerasan adalah hal yang wajar untuk dilakukan, atau bahkan menjadi cara untuk menunjukkan kekuatan dan mendapatkan pengakuan sosial.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau