Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia, Angka TB Tertinggi Ketiga di Dunia

Kompas.com - 26/03/2008, 21:46 WIB

 

JAKARTA, RABU - Tuberkulosis masih jadi masalah kesehatan di dunia. Indonesia merupakan penyumbang penderita TB terbanyak ketiga di dunia setelah China dan India. Mengingat banyaknya kasus dan tingginya kematian akibat penyakit itu, maka perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan kewaspadaan seluruh kalangan masyarakat umum dan medis.

Hal ini diungkapkan Direktur Bina Penunjang Medik Departemen Kesehatan Abdul Rival dalam peresmian ruang DOTS anak di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur, Selasa (2 6/3). Dalam ruangan itu, pasien anak menjalani pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis TB, serta diadakan penyuluhan mengenai TB secara rutin kepada para orang tua dari anak yang terserang TB.

Pada tahun 1993, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis karena pada sebagian besar negara di dunia TB tidak berhasil disembuhkan, terutama penyakit menular (BTA positif). Pada tahun 1995 diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta orang. Di negara-negara berkembang, kematian TB merupakan 25 persen dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah.

Diperkirakan, 95 persen penderita TB berada di negara berkembang, dan 75 persen penderita TB adalah kelompok usia produktif (15-50 tahu n). Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TB lebih banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. "Program penanggulangan TB melalui strategi pengobatan jangka pendek dengan pengawasa langsung (DOTS) belum dapat menjangkau seluruh tingkat pelayanan, " ujarnya.

Penatalaksanaan penderita dan sistem pencatatan pelaporan belum seragam di semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap di masa lalu diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB atau multidrug resistance (MDR), kata Abdul. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan penyuluhan interaktif secara berkelompok dengan pasien dan pengawas menelan obat.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com