Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Manja, Dong, Nak

Kompas.com - 25/10/2008, 09:54 WIB

Bagi setiap orangtua, anak adalah segalanya. Karena itu semua hal dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anak. Tapi sejauh apa kita bisa memenuhi keinginan anak agar mereka tidak tumbuh sebagai anak manja?

Tidak ada anak yang dilahirkan manja. Bila ada anak yang menjadi manja hal itu disebabkan karena perbuatan orangtuanya. Hal tersebut ditegaskan oleh pakar pendidikan anak, Emmy Soekresno S.Pd. "Anak manja adalah anak yang memiliki pengertian bahwa ia adalah pusat dunia, apa kata anak semua harus ikut. Menurut saya anak manja dihasilkan oleh pola asuh yang salah," katanya.

Rasa bersalah para ibu karena harus meninggalkan anaknya untuk bekerja sedikit banyak ikut menyumbang pada terbentuknya kepribadian anak manja. Apalagi bila rasa bersalah itu ditunjukkan secara nyata. "Dalam rangka membayar rasa bersalah, banyak orangtua membelikan hadiah atau membolehkan apa saja yang anak mau kerjakan," papar Emmy.

Namun, anak manja tak selalu berasal dari anak yang ditinggal bekerja orangtuanya. Banyak ibu yang tinggal di rumah pun menghasilkan anak-anak yang manja bila mereka membolehkan apa saja keinginan anak. "Pokoknya biar semua urusan selesai, tidak pakai nangis, tidak pakai lama," imbuh Emmy.

Menurut Emmy, pola asuh yang tepat merupakan kata kunci untuk mencegah terbentuknya anak-anak manja. "Untuk menghindari anak menjadi manja gunakan tiga pola asuh secara bergantian tergantung kebutuhan," papar pemilik TK Jerapah Kecil ini.

Ketiga pola asuh tersebut yakni, pola asuh diktator, yaitu pola asuh yang digunakan untuk hal-hal yang memang tidak bisa ditawar, seperti beribadah, mandi, atau istirahat siang. Tapi dari hal tersebut ada yang masih bisa ditawar, misalnya mandinya pakai sabun yang merah atau istirahat siangnya tidak mau tidur tapi nonton satu film.

Saat kita memberikan pilihan pada anak seperti contoh di atas, menurut Emmy kita sedang menggunakan pola asuh serba boleh. Pola asuh ini mengijinkan anak memilih beberapa hal yang tidak mengandung bahaya di dalamnya, seperti warna baju yang akan dikenakan atau pilihan menu sarapan. "Bila pola asuh ini dilaksakan pada anak usia di bawah tiga tahun sebaiknya menggunakan pilihan terbatas, misalnya adik boleh pilih sarapan roti dengan selai kacang, selai nanas, atau meises," ujarnya.

Kemudian ada satu pola asuh yang bisa Anda gunakan secara bergantian, yaitu pola asuh demokratis, di mana Anda akan meminta dan mempertimbangkan saran dari seluruh anggota keluarga, termasuk anak, tentang suatu hal. Misalnya tujuan liburan akhir tahun, peraturan baru tentang jam menonton TV, pengurangan uang jajan harian, dan sebagainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com